Sebelum manusia melalui proses reinkarnasi lahir kedunia, Atma berada pada salah satu loka dibungkus denganTriguna yaitu Satwan, Rajas dan Tamas, Atman ditentukan oleh kwalitas Triguna , apakah reinkarnasi menjadi binatang atau manusia.
Untuk mengukur kwalitas Triguna sangat tergantung dari kwalitas karma yang dilakukan oleh manusia selama hidup dibumi ini. Maka apabila dalam kehidupan selalu berbuat baik (Subakarma) maka baik juga kwalitas dari Triguna yang dibawa oleh atman saat meninggal.
Untuk meningkatkan kwalitas Triguna, maka selama hidup di Dunia kesempatan yang terbaik yang harus dilakukan adalah memperbesar nilai Subakarma dengan cara norma2 (Etika) yang ada dalam ajaran Weda dengan melakukan Yadnya. Dalam memperbesar nilai Subakarma, adalah selalu menjauhi perbuatan2 Asubakarma, dan setiap gerak kehidupan selalu berpegang kepada Dharma yaitu kebenaran.
Dengan selalu berbuat (Karma) berlandaskan Dharma, sehingga dapat membantu dalam proses kesejahteraanDunia, serta dapat mempercepat proses pembebasan Atma dari perputaran Reinkarnasi sehingga Atma dapat menuju Moksa.
Kalau dibuat rumus secara metemetik dapat digambarkan sebagai berikut :
TG = KW + (SK – ASK)
TG : Triguna
KW : Karma Wasana
SK : Suba Karma
ASK : Asuba karma
Maka kwalitas Triguna sangat tergantung dengan tiga faktor yaitu Karma Wasana, Suba karma dan Asuba karma.
Apabila Karma wasana mempunyai kwalitas baik dan juga dalam kehidupan selalu berbuat baik (Subakarma)maka Triguna mempunyai kwalitas yang baik sehingga persyaratan munuju moksa mendekati kenyataan.
Apabila Karma Wasana mempunyai kwalitas yang tidak baik dan dalam kehidupan selalu berbuat baik makakwalitas Triguna lebih baik dari pada karma wasana yang lalu (Sancita karma).Apabila karma wasana mempunyai kwalitas yang tidak baik dan dalam kehidupan juga tidak baik maka kwalitastriguna lebih jelek dari karma wasana yang lalu (Sancita Karma).
Demikian seterusnya apabila kita kombinasikan ketiga faktor tersebut sehingga kita dapat mengukur secara metemetik kwalitas dari Triguna.
Permasalahan yang timbul adalah apakah kita dapat mengukur perbuatan seseorang dengan menggunakan parameter tertentu ? Sebab kadang-kadang manusia dalam melakukan penilaian selalu berpikir subyektif, sehingga agak jauh dari kebenaran. Ukuran-ukuran tersebut adalah sebagai ilustrasi yang nilainya sangat abstrak, sebab ukuran Tuhan berbeda dengan ukuran manusia.
Ukuran manusia adalah yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia yangmempunyai kemampuan sangat terbatas lebih banyak bernuansa subyektif. Sedangkan ukuran Tuhan adalah Kebenaran, maka dalam menjalankan kehidupan ini, kita selalu berlandaskan Kebenaran yaitu Dharma sehingga kita selalu mendapat perlindungan Yang Widi Wasa dengan harapan mendapatkesejahteraan dalam kehidupan dimasa masa yang akan datang.