Kaputusan (Ajaran) Aji Maya Sandhi


Demikian atau kemudian nanti bila ananda meninggalkan dunia ini tak ada yang merupakan penghalang yang terdapat pada Marga Tiga (kedua lobang hidung dan mulut), dengan tanpa rintangan dalam perjalanan hingga pada penjelmaan kemudian/nanti.

Adapun yang membuat kalian tiada mendapatkan bencana, karena harus kita ingat kepada saudara yang kita ajak lahir ialah:

  1. Yeh Nyom menjelma menjadi Sang Durakala, 
  2. Banah (tali pusar) menjelma menjadi Sang Cikrabala,
  3. Getih (darah merah) menjelma menjadi Sang Suratma,
  4. Ari-Ari menjelma menjadi Sang Jogormanik.

Sedangkan Ibu kembali kepada Sanghyang Giriputri, dan Bapak kembali kepada Sanghyang Prajapati.

Di sanalah merupakan tempat kedudukan Atma Paratma, karena Sanghyang Giriputri dan Sanghyang Prajapati berhak mengangkat para Roh-roh yang telah mati. Beliau itulah merupakan membuat (memberikan) sorga dan Neraka pada para Roh catur jadma.

  • Hyang Yamadipati adalah Raja dari semua Roh,
  • Sang Jogormanik adalah Prebekelnya (Lurah) para Roh,
  • Sang Suratma sebagai Penyarikan (berwewenang memutuskan sesuatu) para Roh,
  • Sang Cikrabala memangku jabatan Kasinoman (mengurus Roh pemuda pemudi atau orang mati yang belum kawin dan baru lahir),
  • Sang Dorabala menjabat sebagai Sedahan para roh (Camatnya Roh).

Adapun penguasa semua para Roh adalah Sanghyang Lokapala.

  • Apabila kalian tiada dapat mengetahui akan matinya kelak atau penyebabnya suatu penderitaan adalah akibat atau suatu akibat yang disebabkan oleh pandangan/penglihatan (mata), itulah yang disebut Paksi Raja (burung Garuda yang sangat besar yang menghadang pada waktu mati).
  • Segala sesuatu yang disebabkan oleh telinga dinamakan Asu Yaksa (anjing hitam yang sangat besar yang menghadang kita pada waktu mati).
  • Yang diakibatkan oleh Alis dinamakan Alang-alang Taji (pohon alang-alang yang daunnya sebagai taji/pisau tajam), itulah yang menghadang kita pada waktu mati bila akan berjalan.
  • Yang disebabkan oleh bibir/mulut dinamakan Semut Marungut (semut yang besar dan banyak itulah sebagai penghadang juga pada waktu mati, bila duduk selalu digigitnya).
  • Yang diakibatkan oleh Gigi dinamakan Watu Jalada (lautan batu yang merintangi bila berjalan).
  • Yang diakibatkan oleh Lidah dinamakan Wat Gonggang (jembatan bambu hanya satu batang yang selalu bergoyang kalau dilalui dan ini juga sebagai penghalang pada waktu mati).
  • Yang diakibatkan oleh Perut dinamakan Goa Gala-Gala (suatu gowa yang sangat dalam dan gelap gulita ini juga sebagai penghadang/penghalang pada waktu mati).
  • Yang diakibatkan oleh Hati (ati) dinamakan Petra Geni (bak api yang luas dan dalam ini pun sebagai penghalang pada waktu mati).
  • Yang diakibatkan oleh Rambut disebut Kayu Curiga (pohon kayu yang daunnya berdaun keris, inipun sebagai penghalang juga di sana).
  • Yang diakibatkan oleh Bulu Mata disebut Weduri Ragas atau Cabe Gumuling (tempat yang tidak ada pepohonan dan sangat panas sekali atau sebagai cabai yang dilumatkan dengan tangan bagaimana panasnya, ini juga sebagai penghalang di waktu mati).
  • Yang diakibatkan oleh Kulit dinamakan Tegal Penangsaran (Suatu Tanah lapang yang sangat tandus/ gersang yang panas sekali, ini pun juga sebagai penghalang pada waktu mati).

Itulah yang dinamakan dua belas musuh pada diri kalian, dimana kalau mati Atman (Roh) dihadang oleh yang kusebutkan di atas tadi, justru itu kalian harus mengetahui saudara yang diajak lahir dan diri/ tubuh kalian supaya kesemuanya itu tidak sebagai penghalang pada waktu kalian meninggalkan dunia ini agar mendapatkan Sorga.

Demikianlah sabda Hyang Maya Sandhi, lalu berdatang sembah Hyang Purwa Loka :

Oh Paduka Guru, telah pasti bahwa manusia akan meninggalkan Dunia ini dan di kemudian nanti akan menjelma kembali, lalu mengapa dalam kehidupan/hidup ini tiada dapat mengingat kembali penjelmaan yang terdahulu ? apakah berhutang atau sebaliknya ? tiada dapat mengingat kembali harta kekayaan pada masa itu dalam penjelmaan ini. Tentang itu hamba mohonkan kehadapan Hyang Guru dengan harapan agar jangan Hyang Guru merahasiakannya.
Bersabdalah Hyang Maya Sandhi dengan senyum di bibir :

Aku maklum di antara kalian tak mungkin ada yang dapat mengejahui, saatnya dunia baru saja diciptakan, tersebutlah Sanghyang Peling Jati, yang sedang melakukan Samadhi di Gunung Keling, Beliau itu diciptakan dari Guru Andaka yang bentuknya seperti Burung Layang-layang Putih yang bergerak melalui bibir/mulut langsung ke ujung lidah hingga pada bagian pangkalnya dengan melalui daging sebesar rambut, tempatnya berayun adalah pada Ati (hati), sedangkan permandiannya adalah pada Telaga Murda, yang tempatnya di antara kedua buah Mata, tempat itulah yang dinamakan Telaga Murda (sumber air yang terdapat pada Ubun-ubun).

Di bagian atas Mata dinamakan Windhu Sidayu, itulah yang bertugas untuk mengingat, tiga penyebab di antaranya : Pemikiran / Pikiran. Lidah (alat untuk merasakan), Pandangan (Mata), dan itulah merupakan (ketiganya), merupakan tempat persemayamannya Sanghyang Peling Jati. Apabila tepat oleh Kalian atau membiasakan mengingatnya Sanghyang Peling Jati, dan percaya akan apa yang disebut Pati-Urip (Hidup-Mati), pasti kalian akan dapat mengingat kembali kehidupan di masa lalu dan saat-saat datangnya hari Kematianmu, serta saat akan penjelmaanmu kembali dan tentang harta kekayaanmu ketika Kalian menjelma kembali ke dunia nyata ini, ingatan itu yang disebut Sanghyang Peling Jati.


Sumber Buku
I Made Bidja


Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga