Demikianlah nasehat dari Hyang Maya Sandhi, maka Hyang Uttara Loka lalu berdatang sembah :
Mohon ampun oh Yang Guru, hamba bermohon agar Hyang Guru menganugrahkan kepada hamba ini tentang apa yang membuat manusia dapat mendengar dan dapat berbicara. serta apa pula yang membuat manusia dapat melakukan Pemujaan dengan mengapalkan Mantram Maha Suci ? Kemudian dapat mencium yang berbahu wangi (harum) dan busuk, serta dapat menundukkan musuh yang terdapat dalam tubuh dan di luar tubuh/badan ?.
Hyang Maya Sandhi segera memberikan jawaban :
Duhai putraku Sang Uttara Loka, tiada mungkin ada orang yang dapat memahami hal yang ananda tanyakan itu terkecuali ia mendapatkan dariku. Ada yang menyertaimu ketika ananda ke luar dari perut ibumu (Garba Candani), di antaranya : Lamas, Bangiang, keduanya itu kemudian diganti namanya seperti: Lamas merupakan Perempuan bernama Si Kerahan, dan Bangiang merupakan Laki-laki bernama Si Mpu Dangiang. Keduanya berkedudukan pada Janur Manik, keterangannya adalah pada lobang Hidung, pada Kerongkongan mulut. Itulah yang dimaksud dengan Janur Manik yang ke luar masuk melalui mulut/bibir.
Kemudian pada saatnya ke luar kebetulan ketika manusia itu berbicara, kemudian dengan tiada disadarinya pergi ke tempat jauh, keduanya belum masuk (terjadi pada waktu tidur), itulah membuat ananda tidur pules. Hal itu menyebabkan mulut tertutup pada saat tertidur. Karena mulut itulah merupakan pintu ke luar masuknya Si Kerehan dan Si Mpu Dangiang. Pada saat seperti itulah sangat murkanya Si Kerehan dan Mpu Dangiang, yang kemudian duduk di atas tubuh yang tidur itu serta memegang tangan dan kakinya (yang sedang tidur) sampai menutup bagian mulut, membuat badan orang yang sedang tidur itu sangat berat dirasakan hingga tak dapat bergerak, dalam keadaan seperti itu, memang orang yang sedang tidur itu dapat melihat dan mendengar, namun tak dapat mengeluarkan kata-kata, walaupun bermaksud mengeluarkan kata-kata dengan membuka mulut melulu dan pada saat seperti itu dengan secepatnya Si Kerehan Dan Si Mpu Dangiang masuk, membuat orang tidur itu seperti penuh rasa ketakutan (geleh) dan kadang-kadang kembali tertidur dengan nyenyaknya.
Sang Mpu Dangiang itulah yang sewajamya Kalian Puja dan Puji, karena Beliau itu sangat waspada dalam menjaga Jiwamu (ngraksa Jiwa), sangat bijaksana, sangat mahir berbicara, sangat mahir pula berbagai ucapan Mantram pada saat kalian mengapalkan Pujaan.
Beliau itulah yang berwenang mendatangkan rasa panas dan dingin pada seluruh tulangmu, Beliau itulah dapat membuat suatu obat yang mujarab, yang memiliki kekuasaan mengusir semua musuh dalam tubuh dan di luar tubuh.
Login Membership
= bahaya dan Yusa = Umur, jadi arti kesemuanya adalah : seribu banyaknya bahaya dalam penjelmaan ini.
Lebih lanjut adalah apa yang disebut Dewa adalah Satu. sedangkan Manusia adalah Dua. lebih jelasnya ialah Dewa pun dapat di timpa Penyakit. sedangkan manusia dapat ditimpa Penyakit dan dapat pula Mati.
Dewa hanya dapat ditimpa Penyakit tanpa mengalami Kematian, itulah yang dimaksud Satu. Sedangkan Manusia dapat ditimpa Penyakit dan mengalami Kematian, itulah Duanya. Manusia dapat terkena penyakit ialah pada saatnya tertidur, demikianlah menurut Ajaran Sastra, badan orang yang sedang nyenyak tidur, jarang dalam keadaan siap/waspada, itulah sebabnya tiada sulit bagi penyakit itu masuk pada tubuh manusia yang sedang tidur, hanya dapat dirasakan pada sore harinya.
Kemudian pada saat tertidur keesokan di tengah harinya barulah penyakit itu bereaksi. Adapun yang memasukkan penyakit itu pada saatnya manusia tertidur ialah yang bergelar Prabu Acala yang berkedudukan pada Ampru (Empedu), sedangkah penyakit itu bemama Ki Sodia yang berkedudukan di dalam Tanah. Untuk memasukkan penyakit melalui Darah Merah, karena Darah Putih itu tak dapat dihinggapi penyakit.
Adapun yang dapat mengobati penyakit itu ialah Sanghyang Jati Kumalasa yang berkedudukan pada Ongkara Sumungsang. Sedangkan Sanghyang Ongkara Sumungsang berkedudukan pada Pertengahan Hidung, karena disanalah tempat kedudukannya Sanghyang Amertha.