Apabila bermaksud menurunkan Sanghyang Ongkara Sumungsang ialah dengan melalui Urat Nadi Tengah, disertai dengan gerakan nafas di dalam rongga badan, setiap yang terkena/tertimpa penyakit, dijatuhi Amertha. Seperti itulah caranya untuk menggempur semua penyakit yang di dalam tubuh Kalian, dengan memerciki Amertha dari bagian Ampru.
Untuk menghanguskan Prabu Acala pergunakan Ongkara Ngadeg, yang berkedudukan dipertengahan Kedua Alis, yang kemudian akan lebur menjadi Amertha, karena Beliau Sanghyang Ongkara Ngadeg berkedudukan di pertengahan kedua buah alis di sebelah bawah dari Ongkara Sumungsang.
Yang dimaksud dengan Ampru atau Nyali disini adalah yang terdapat di bagian tengah-tengah Otak Besar adalah Pineal (Kelenjar) sebesar kacang yang berwama Bening kehitam-hitaman inilah bertugas untuk mengendalikan semua Ormon-ormon di seluruh tubuh : untuk menggetarkan seluruh tubuh, untuk membunuh penyakit di dalam tubuh. Kalau kalian melaksanakan dengan jalan Yoga dan Semadhi maka akan kelihatan Ampru itu bentuknya seperti kacang dan bersinar yang merupakan sebagai Cakra yang terdiri dari dua lapis yaitu lapis di luar bemama Apara (Jasmani), lapisan sebelah dalam bemama Para (Rohani) dan supaya kalian mengetahui bentuknya :
Inilah yang dimaksud untuk menghancurkan Prabu Acala, turunkanlah Amertha dengan melalui Ongkara Ngadeg untuk mendesak setiap yang merupakan tempat penyakit dengan cara yang tepat. Jika bermaksud agar Ki Sodia lari meninggalkan tubuh dengan melalui lobang pantat, pergunakan setiap yang bergerak, campakkan pada permukaan tanah hingga berubah ujud menjadi semua yang berjiwa memberikan hidup seluruh manusia di Dunia ini sepanjang masa.
Demikianlah wejangan dari Hyang Maya Sandhi, maka Sang Uttara Loka lalu datang menyembah :
Mohon ampun Hyang Maha Guru, mengapa orang mati kehilangan Darah ?, kemana perginya darah itu dan siapa yang diikutinya hingga ia lenyap dari badan orang yang telah mati ?.
Hyang Maya Sandhi lalu bersabda :
inilah yang dinamakan/disebut Tri Kuncara Sangupati yang harus disatukan dengan Ongkara Sumungsang kemudian langsung menuju Paru-paru kemudian balikkan (sungsangang) pada Papusuh (Jantung). Ongkara Sumungsang yang menyebabkan adanya gerak, adapun keterangan dari apa yang dinamakan Trikuncara Sangupati ialah Gerak. Tenaga dan Darah.
Mengapa harus disatukan, karena berpisah dengan Sanghyang Urip, Tenaga dan Darah manunggal kembali pada Gerak. Pada saat Sanghyang Urip itu meninggalkan tubuh dengan melalui Ubun-ubun kemudian berdiri tegak pada bagian ujung rambut dengan menginjakkan kakinya pada tulang Kepala sambil menunggu kedatangannya Sanghyang Ongkara Sumungsang, ada pun yang masih berada di dalam semua dihalau oleh Sanghyang Bawidmurda, tenaga itu digiring ke tempat Gerakan bersama dengan Ongkara Sumungsang sehingga sampai pada rambut. Keduanya itu merupakan tunggangan dari Beliau Sanghyang Urip, yang kemudian melesat dari ujung rambut dengan beralaskan (metapakan) Tenaga, berpayungkan Ongkara yang secepat kilat sangat kecil tampaknya, tampak bagaikan kunang-kunang yang memancarkan sinar berpencaran kemudian kembali kepada Sanghyang Giriraja dan Sanghyang Prajapati.
Kini disebutkan tentang Darah yang masih berada di belakang, yang digiring oleh Sanghyang Bawidmurda hingga sampai pada Pepusuh (Jantung), di tempat itulah Darah itu menetap hingga tak ada lagi Darah di tempat lain, ikut serta hidup dan mati atau biasa dinamakan Kiuling Ajang.