Kaputusan (Ajaran) Aji Maya Sandhi


Demikianlah wejangan dari Hyang Maya Sandhi, membuat Sang Uttara Loka kembali berdatang sembah :

Mohon ampun Hyang Guru, apa yang membuat Roh orang mati itu kesasar dan merintih sepanjang perjalanan ?, siapa yang menderita dan siapa memberikan penderitaan ?

Maka Hyang Maya Sandhi lalu bersabda :

Duhai para muridku, adapun yang membuat Roh orang mati seperti itu, adalah tergantung caranya mengupacarakan. Jika masih berada dalam badan kurungannya sebelum dibakar atau ditanam dalam tanah, tak ada Roh yang merintih dalam tanah, karena Roh dan Jiwa tiada pemah jauh dari badan/wadag. Setelah berpisah dengan badan/wadag yakni setelahnya dibakar atau ditanam barulah Roh dan Jiwa itu akan berpisah dari kurungan. Namun ada Darah yang tiada dapat terbakar disebabkan oleh salah caranya dalam mengupacarakan dan Darah itulah yang bernama Sang Buta Nguwuh berada di Papusuh (Jantung). Disebabkan oleh paling terbelakangnya meninggalkan badan/wadag, yakni pada saat dijemput oleh Sang Dorakala, Sang Suratma dan Sang Jogormanik, dipukuli dengan kayu pembakar dari muka dan belakang, dari kanan dan kiri, membuat Roh itu menjerit merintih sepanjang jalan. Dipandang berdosa karena Darah itu tiada turut serta terbakar membuat sulit mencapai kesempumaan. Dan ingat kalian bahwa Banah, Yeh Nyom, Ari-ari dan Getih (Darah) itu keempatnya itu merupakan musuh Darah itu.

Demikianlah sabda Hyang Maya Sandhi, kembali Sang Uttara Loka berdatang sembah :

Mohon ampun Hyang Maha Guru, berapa tahunkah manusia itu mendapatkan umur pada saat menjelma di Dunia ini ?, dan apa pula membuat manusia itu semasih muda, masih anak-anak atau setengah umur tanpa menunggu umur lebih panjang ia mati ?, dan mengapa pula manusia mati dengan cara yang disebut Salah Pati ?.

Hyang Maya Sandhi segera menjawabnya :

Duhai para muridku, ananda Sang Uttara Loka, suatu pertanyaan yang sangat rahasia ananda tanyakan kepadaku.
Adapun yang menyebabkan manusia itu masih anak-anak, semasih muda atau baru saja setengah umur (nengah tuwuh) lalu mati, dan mati Salah Pati, adalah disebabkan oleh perjanjian dengan Sanghyang Babaha. Jika dalam penjelmaan manusia itu pamitan dengan Sanghyang Babaha, akan diberikan umur panjang. Kadang- kadang setelah berumur 200 (dua ratus) tahun baru kembali ke Sorga, namun masih berbadan Wisia Amertha. Adapun yang dimaksud dengan Amertha adalah Umur, semua perbuatan-perbuatan jahat, dengki, iri, suka mencuri, menghina dan yang lainnya akan membuat umur itu semakin menjadi pendek. Banyak berbuat dosa, berarti banyak kehilangan umur, sedikit berbuat dosa sedikit pula kehilangan umur. Perbuatan yang banyak menimbulkan dosa itulah membuat manusia tak dapat mencapai umur panjang.
Demikianlah wejangan Hyang Maya Sandhi di hadapan keempat or­ang murid Beliau, yang membuat kembali Sang Uttara Loka berdatang sembah :

Mohon diampuni oh Yang Maha Guru, mengapa Tulang Lutut (tulang dedengkul) orang yang mati menghilang/lenyap ?, ke mana perginya ?, siapa yang mengambilnya sehingga tiada lagi bergulir ?.

Hyang Maya Sandhi lalu bersabda :

Adapun yang ananda tanyakan itu disebut: Balung Komala, tulang itulah yang selamanya ikut hidup hingga mati, Balung Komala beralaskan Geni Koja dan Geni Kendeng, adapun tempat Geni (balung) Koja itu, adalah pada pertengahan Amertha, dengan mengambang.

Pada saatnya manusia kedatangan hari kematiannya maka Amertha itu mengalir melalui Uluhati di bagian kiri kanan sambil menghanyutkan yang dinamakan Tunggak Meneng dan Tunggak Lengleng, mengalir kesemuanya ke luar sebab itulah merupakan pintunya untuk meninggalkan badan-jasad untuk kembali kepada Sanghyang Prajapati dan Sanghyang Giriputri.

Untuk menampilkan bagian ini, diperlukan
Login Membership

Adapun Balung Komala diambil oleh Amertha membuat terhentinya mengambang, lebur menjadi Otot dengan tiada terpisah pada tubuh, ikut menjadi abu terbakar dan itulah sebabnya selamanya ikut serta dalam hidup dan mati.


Sumber Buku
I Made Bidja


Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga