Kaputusan (Ajaran) Aji Maya Sandhi


Demikianlah wejangan dari Hyang Maya Sandhi di hadapan keempat orang murid Beliau, membuat Sang Purwa Loka lalu berdatang sembah:

Mohon diampuni oleh Hyang Maha Guru, semua manusia akan mengalami kematian dan kemudian nanti akan menjelma kembali, lalu siapakah yang membuat manusia itu menjelma kembali ?.

Maka bersabdalah Hyang Maya Sandhi:

semua yang ada pada tubuh manusia semuanya akan kembali kepada yang tumbuh (mentik) di atas Bumi ini seperti :

  • Bulu-bulu kembali kepada Rerumpunan (ebet),
  • Kulit kembali kepada Pretiwi (tanah),
  • Daging kembali pada cadas (batu paras yang tajam),
  • Keringat (peluh) kembali kepada Air,
  • Otot kembali kepada yang bersulur (ranting),
  • Tulang kembali kepada Pepohonan.
  • Sumsum kembali kepada Sumbemya (poros Bumi),
  • Mata kembali kepada Matahari dan Bulan,
  • Kepala kembali kepada Langit.
  • Tenaga kembali kepada Angin,
  • Suara kembali kepada Guntur,
  • Ati (hati) kembali kepada Api,
  • Papusuh (Jantung) kembali kepada Gunung.
  • Paru-paru kembali kepada Mega Merah,
  • Usus kembali kepada Teia Kuwung-kuwung.
  • Ungsilan (Buah Pinggang) kembali kepada Batu.
  • Limpa kembali kepada Danau.
  • Ampru (Empedu) kembali kepada Telaga,
  • Ineban kembali kepada Lautan,
  • Jejaringan kembali kepada Hujan.
  • Rambut kembali kepada Embun,
  • Perut kembali kepada Kawah.
  • Purus/Kemaluan kembali kepada Hyang smara-Smari.
  • Kama (Air Mani) kembali kepada Kamulan.
  • Rasa kembali kepada Garam.

Adapun keterangan tentang penjelmaan kembali, Bapak (Akasa) dan Ibu (Pertiwi) kedua Beliau itulah penyebab teijadinya tubuh itu, membuat adanya penjelmaan kembali yang berkedudukan pada Kama (Air Mani) yang masuk melalui tempat yang sulit dapat diperhatikan (Suksma) kemudian berkedudukan pada Gedong Kusuma (perut Ibu), atau tempat kandungan. Demikianlah keterangannya jangan kalian tiada menaruh kepercayaan.

Demikianlah wejangan Beliau Hyang Maya Sandhi kepada keempat orang muridnya. Selanjutnya kembali Hyang Maya Sandhi bersabda :

Duhai para muridku semua, karena kalian teiah mendapatkan Ajaran yang Maha Luhur serta bagaimana cara-cara untuk memberikan bingbingan kepada setiap manusia yang tiada mengetahui perbuatan benar dan anggaplah Aku ini masih berada di Dunia ini. Kalian teiah memahami Hukum-hukum yang seharusnya disebarkan di Dunia, sewajamya Aku akan kembali ke Sorga, karena Aku tiada dibenarkan berada di Dunia ini, sangat berbahaya bila dapat dilihat oleh manusia Dunia. Beberapa saat kemudian Hyang Maya Sandhi lalu berdiri dengan memegang Sanghyang Garuda dengan bermaksud terbang ke udara.
Dengan secepatnya kedua buah kaki Beliau dipeluk oleh Sang Uttara Loka dan oleh Sang Pascima Loka yang keduanya menangis memohon/ belas kasihan dengan kata-kata menyayat hati :

Duhai pujaanku yang merupakan Sanghyang Sada Siwa, jangan Paduka meninggalkan hamba ini, karena bagaimana oleh hamba ini, lebih baik hamba ini mati, di hadapan Paduka, karena hamba ini belum memahami upaya sejati, bagaikan hamba ini buta, tuli dan bisu bagaikan mayat tanpa upacara pembersihan, semua anugrah Paduka belum hamba dapat memahami dengan secara tepat, tunggulah sampai Matahari terbenam. Maka berangkatlah Paduka meninggalkan hamba, janganlah sampai esok hari. Demikianlah tangis keempat murid Hyang Maya Sandhi.


Sumber Buku
I Made Bidja


Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga