Aspek Upacara sangat berkaitan dengan Panca Yadnya, yaitu Deva Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya, dan Manusia Yadnya. Yadnya adalah bhakti dalam bentuk pengorbanan suci yang tulus ikhlas.
Upacara Panca Yadnya menggunakan Upakara, dari Bahasa Sanskrit di mana Upa artinya “dekat” dan Kara artinya “tangan” yaitu sesuatu yang dikerjakan dengan tangan dalam mewujudkan Bhakti. Bentuk upakara adalah sesajen dan sarana pendukungnya.
Unsur-unsur Upakara & Upacara Banten Bali adalah : bunga, air, api, biji-bijian/buah-buahan dan harum-haruman. Kelima unsur ini disebut Panca Upakara Upakara berupa sesajen dan sarana pendukungnya adalah simbol atau Niyasa. Mencakup jenis yang banyak karena berkembang lebih jauh berdasarkan tafsir-tafsir para Maha Rsi. Dari bentuk dasar berupa Panca Upakara menjadi berbagai variasi, ornamen, warna, dan tatanan, selanjutnya menyatu dalam tradisi yang membudaya.
Dari sini berkembanglah berbagai jenis sesajen yang terdiri dari unsur tumbuh-tumbuhan dan penggunaan warna-warna tertentu menurut ciri dan kedudukan Deva-Deva di arah mata angin.
Yadnya Upakara yang di Bali disebut Banten
Banten mula-mula dikenalkan oleh Maharsi Markandeya kepada penduduk di sekitar adalah pengganti Mantra, sebagaimana disebutkan dalam Lontar Yajnya Prakerti dan Mpu Lutuk. Jadi banten dikembangkan kepada umat Hindu yang tidak menguasai mantra-mantra dalam kegiatan bhaktinya. Banten itu dahulu dinamakan Bali, sehingga orang-orang yang melakukan upacara persembahyangan menggunakan Banten disebut orang Bali. Lama kelamaan ajaran Maharsi Markandeya ini berkembang ke seluruh pulau maka jadilah nama pulau
Isi dari lontar Kala Tattwa sangat sarat akan ajaran yang mengacu pada Tiga Kerangka Dasar agama Hindu khususnya Tattwa dan Upacara. Karena itulah menjadi suatu ketertarikan bagi saya untuk mencoba menganalisa Lontar Kala Tattwa ini berkaitan dengan Filsafat dan Yadnya yang terkandung di dalamnya. Pada dasarnya, setiap yadnya sangat terkait dengan Kala Tattwa, yang dalam… Detail
Calonarang adalah nama salah satu karya sastra di Bali, yang bersumber dari pemerintahan jaman Airlangga di Jawa Timur. Di Bali ada yang berbentuk prosa demikian juga berbentuk geguritan yang meceritakan Tating Mas dan Tating Rat. Tating Mas bertapa di Pura Kuburan atau Pura Kayangan mendapat penugrahan kesaktian dari Bhatari Durgha yang kemudian setelah kawin dengan… Detail
Seperti yang kita ketahui bahwa Rerainan (Hari) Kajeng Kliwon di Bali begitu dikeramatkan. Upacara Kajeng Keliwon dilaksanakan setiap 15 hari kalender. Upacara dan upakara-upakara yang wajîb dilakukan pada hari Kajeng Kliwon hampir sama dengan upacara dan upakara Kliwon lainnya. Para leluhur zaman dahulu, sudah menetapkan bahwa cara yang cocok untuk menerapkan ajaran suci tersebut adalah… Detail
Pura sebagai titik pusat konsentrasi umat Hindu di samping merupakan sarana untuk meningkatkan dan memantapkan sraddha dan bhakti umat Hindu di Bali kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah juga sebagai sarana mempererat persaudaraan sesama umat Hindu apa pun latar belakang etnisnya, memajukan pendidikan dan usaha-usaha yang bersifat sosial budaya keagamaan. Dengan berdirinya sebuah pura, umat Hindu akan lebih dekat… Detail