Pengobatan Penyakit dengan Usada di Bali
Dari berbagai usada Bali itu terlihat bahwa sistem pengobatan pada masyarakat Bali sangat lengkap. Kesehatan melingkupi beragam penyakit dengan berbegai jenis pengobatannya. Pengobatan itu melingkupi berbagai siklus kehidupan manusia, mulai dari anak-anak, orang dewasa, dan orang tua. Obat yang diuraikan dalam usada ini diambil dari lingkungan yang ada di sekeliling manusia dan terdiri atas berbagai unsur. Unsur alam yang diambil dari air, tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Disamping itu, dipercaya juga bahwa mantra atau rapalan dapat mengobati pengakit, begitu juga dengan rajah.
Pengobatan tradisional/alternatif sangat beragam jenisnya di berbagai belahan dunia sesuai dengan kebudayaan dan kepercayaan setempat. Dalam kepercayaan Hindu kita mengenal ilmu kedoteran Ayur weda dan sedangkan di Bali kita mengenal ilmu kedokteran Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya.
Kata usadha berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ausadha yang berarti tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Tetapi batasan usadha di Bali lebih luas, usadha adalah semua tata cara untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memperkirakan jenis penyakit/diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya. Kalau dilihat secara analogi, hampir sama dengan pengobatan modern.
Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu Bali/ Siwasidhanta. usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang sumber ajarannya terdapat pada lontar.
Di dalam Lontar Usada berisi tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat (farmasi), mengobati (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pengobatannya.
Balian atau Dukun adalah Dokternya Usada di Bali
Dalam dunia kedokteran modern, kita mengenal dokter sebagai pelaksana praktisi ini sedangkan dalam usadha Bali, dokternya dikenal dengan istilah Balian. Balian atau dukun adalah pengobat tradisional Bali yakni, orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Balian juga beragam jenis dan klasifikasinya yang diuraikan sebagai berikut.
Jenis balian berdasarkan pengetahuan yang diperoleh (berdasarkan lontar Boda Kecapi) : Balian katakson (tetakson) adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu, roh atau kekuatan gaib yang memiliki kecerdasan, mukzijat ke dalam dirinya. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit.
Balian kapican adalah balian yang mendapat keahlian karena memperoleh suatu pica atau benda bertuah dan berkhasiat yang dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit. Dengan mempergunakan pica yang didapatkan balian tersebut mampu untuk mendiagnosis, menyembuhkan penyakit dan memperkirakan berat penyakit yang dideritanya. Pica ini dapat berupa batu permata, lempengan logam, keris, cincin, kalung, tulang dan benda lainnya. Pica ini diperoleh baik melalui mimpi, petunjuk misterius atau cara lainnya.
Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar sendiri melalui lontar usada. Adapun yang termasuk balian golongan ini adalah tidak terbatas hanya mempergunakan ramuan obat dari tumbuhan saja, tetapi termasuk balian lung (patah tulang), limpun (pijat), uut, manak(melahirkan) dan sebagainya, yang keahliannya diperoleh melalui proses belajar (aguron-guron). Mereka mempelajari masalah penyakit yang disebabkan baik oleh sekala (natural) maupun niskala (supernatural).
Jenis balian berdasarkan atas tujuannya, di Bali, balian dikelompokkan menjadi dua yaitu Balian penengen yaitu balian yang beraliran kanan, pengobatannya ditujukan untuk kebaikan, menyembuhkan orang yang sakit. Dan yang kedua adalah balian pangiwa atau dukun aliran kiri dimana tujuannya adalah membuat orang jatuh sakit/ membencanai orang lain.
Sedangkan pengelompokan balian berdasarkan sifat kekuatan yang dimiliki terdiri atas balian lanang (maskulin, sifat kejantanan), balian wadon (feminim) dan balian kedi (netral, bersifat kebancian). Balian ini tidak berdasarkan jenis kelamin dari balian tetapi berdasakan sifat kekuatannya. Balian perempuan bisa saja disebut sebagai balian lanang apabila memiliki sifat kekuatan yang bersifat maskulin.
Menurut Usada Bodha kecapi, usada ratuning usada, usada bang dan tutur Bhuwana Mahbah, untuk menjadi seorang balian harus melewati suatu proses pembelajaran dari gurunya (aguron-guron) dan rangkaian upacara/didiksa yang disebut aguru waktra. Calon balian harus menguasai beberapa ilmu usadha seperti genta pinarah pitu, sastra sanga, Bodha Kecapi dan kalimosada.
Genta pinaruh pitu adalah kemampuan untuk membangkitkan tujuh buah kekuatan yang berasal dari energi tujuh chakra dan kundalini untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Sedangkan sastra sanga adalah sembilan sastra/pelajaran yang harus dikuasai, meliputi: darsana agama, tattwa purusha pradana, tattwa bhuwana mahbah, tattwa siwatma, tattwa triguna, dewa nawasanga, wijaksara/bijaksara, kanda pat dan rwa bhineda. Tetapi menurut beberapa lontar (bodha kecapi, cukil daki, gering agung, kalimosada), yang dimaksud sastra sanga adalah sembilan buah aksara suci yang terdiri atas tri aksara, dwiaksara, ekaaksra, windu, ardhacandra dan nada.
Semua tanda dan gejala, nama penyakit dan pengobatannya tercantum pada lontar-lontar usadha meliputi: usadha rare, usdha cukil daki, usada manak, usada kurantobolong, usada kacacar, usada pamugpugan, usada kamatus, usada tiwang, usada kuda, usada sari kurantobolong, usada buduh, usadha budhakacapi dan usada ila.
Usada Lontar Bodha Kecapi dan kalimosada adalah dua buah lontar usadha yang paling pokok yang harus dikuasai oleh seorang balian usadha karena didalamnya termuat tentang aguru waktra, kode etik balian dan guru, tattwa pengobatan, asal mula penyakit, berbagai jenis obat, aksara suci, sang hyang tiga suwari, tata cara menegakkan diagnosis dan prognosis dan berbagai pengetahuan lainnya.
Seperti halnya seorang dokter dalam dunia medis yang harus tamat pendidikan dahulu dan disumpah sebelum mengemban tugas, seorang balian pun sama harus menguasai semua hal tersebut diatas dan sudah melakukan upacara aguru waktra. Karena jika melanggar atau menjadi balian/mengobati penyakit tanpa didasari penguasaan ilmu usadha dan guru waktra, maka akan menerima hukuman secara niskala dan hidupnya sengsara sampai keturunannya. Oleh karena itu, berhati-hatilah menjadi seorang balian jangan sekedar mengobati semata mencari uang maupun status sosial.
Macam macam Ilmu Pengobatan Usada di Bali
Usada yang pertama tentang pengobatan dan jenis penyakit dinyatakan di lontar Budha Kecapi dan Lontar Kalimo Usada & Kalimo Usadi, yang memuat hal-hal dasar tentang asal mula ilmu balian, peraturan-peraturan mengenai tingkah laku seorang balian dan keterangan-keterangan tentang hakekat penyakit-penyakit. Lontar yang sejenis yaitu Pharibhasa dan yang dinilai tinggi ialah: Usada Sari dan Dharma Usada.
Berbagai Mantra Pengobatan Penyakit
Pada umumnya Usada memuat Tutur dan mentra mantra pengobatan, terdapat pujian terhadap lontar itu dengan melihat mempergunakannya secara benar dan digandeng kan dengan peringatan, jangan mempergunakannya jika orang itu tidak dapat memahami isinya atau jika kepandaiannya belum cukup.
Sistem pengobatan/penatalaksanaan suatu penyakit dalam usadha terdiri atas berbagai pendekatan, meliputi pengobatan tradisional (tamba) seperti loloh, boreh dan minyak/lengis yang didasarkan atas lontar taru pramana; penggunaan banten-bantenan yang disesuaikan dengan tenung dan lontar; dan penggunaan rerajahan aksara suci.
Usadha Bali juga mengenal sistem pengobatan preventif/ pencegahan yaitu mencegah kekuatan jahat akibat penyakit yang dibuat orang lain, leak/desti dan racun/cetik. Sarana yang digunakan dapat berupa mempasupati benda keramat yang dapat sebagai bekal seperti batu permata, rerajahan dan tumbal. Hal mengenai tentang rerajahan, tamba, tenung dan lain sebagainya akan dibahas lebih lanjut dalam artikel Blog Bali di halaman lainnya.