Lontar dan Sastra Warisan Leluhur Bali
Lontar yang merupakan teks Sastra warisan leluhur yang berisikan berbagai ajaran kehidupan dari purana sebagai bagian dari Kitab Weda khususnya dalam kelompok Upaweda sebagai kitab suci umat Hindu di Bali.
Sastra Lontar (dari bahasa Jawa: ron tal, “daun tal”) adalah daun siwalan atau tal (Borassus flabellifer atau palmyra) yang dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan. Artikel ini terutama membahas lontar sebagai bahan naskah manuskrip.
Di pulau Bali, daun-daun lontar sebagai alat tulis masih dibuat sampai sekarang.
Sastra Lontar Siwagama merupakan teks yang tergolong jenls tutur yang juga disebut Purwagamasasana. Siwagama merupakan salah satu karya Ida Padanda Made Sidemen dari Geria Delod Pasar Intaran, Sanur. Karya ini diciptakan pada tahun I938, konon alas permintaan raja Badung.
Sastra Lontar Bali pada intinya menyajikan tentang ajaran Siwa Buddha. Kemuliaan ajaran Budha dan ajaran Siwa itu adalah tunggal dan tentang sepenggal kisah cerita berbagai kekuatan gaib dalam diri manusia seperti ilmu kesaktian pemerdayaan diri, pengolahan batin, ilmu penobatan usada dan tulisan tulisan aksara bali dan jawa kuno.
Bentuk lontar memiliki banyak ragam, meliputi lontar embat-embatan lontar cakepan, lontar kropak, dan sebagainya. Lontar embat-embatan yaitu naskah lontar yang tersimpan dengan cara dirangkai dan digantung.
lontar merupakan budaya tulis nusantara ketika kertas belum ditemukan. Usia lontar itu sudah ratusan tahun. Belakangan, seiring penemuan adanya kertas untuk media menulis, berimbas teramat sedikit masyarakat yang berminat untuk mempelajari isi dan teknik penulisan lontar.
Lontar itu ditulis menggunakan Aksara Bali Kuno. Berbagai ajaran yang dituliskan di dalam lontar, menyangkut ritual upacara, pengobatan, etika bermasyarakat, mantra, sejarah, arsitek (kosala-kosali), perbintangan, filsafat agama, nyanyian dan bahkan menyangkut persoalan hubungan suami-istri.
Lontar merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bioetanol. ada tujuh spesies lontar (spp.) yang dikenal di dunia namun yang terdapat di Indonesia yaitu Borassus flabellifer dan Borassus sundaicus, terutama tumbuh di bagian timur pulau Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di NTT, lontar tersebar di Pulau Timor, Flores, Sumba Sabu, Rote, dan pulau-pulau lainnya.
Manfaat lontar cukup banyak. Niranya dapat dibuat minuman segar dan makanan penyegar/pencuci mulut berkalori tinggi, cuka atau kecap, dan gula lontar/gula lempeng/gula semut. Buahnya untuk manisan atau buah kalengan, kue, selai dan obat kulit (dermatitis) dan daging buahnya untuk bahan dempul. Bunganya atau abu mayang untuk obat sakit lever, dan daunnya dapat dimanfaatkan untuk bahan kerajinan tangan. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal kertas dari lontar dan digunakan untuk menulis dokumen kerajaan, buku, dan surat-menyurat. Sejarah mencatat, nenek moyang kita melakukannya secara sistematis. Keberadaan manuskrip atau naskah kuna merupakan bukti yang tak terbantahkan. Keberadaan manuskrip yang tersebar di seantero Nusantara maupun yang telah terdokumentasikan di museum adalah jejak peradaban bangsa.
Kajian Lontar Sebagai Warisan Kesusastraan Bali Kuno
Kata lontar berasal dari bahasa Jawa, ron (daun) ental. Rontal alias daun tal yang ketelah disebut dengan lontar. Kata ini juga dekat dengan bahasa Makasar lontara. Secara botani, lontar juga disebut tanaman siwalan atau Borassus flabellifer yang termasuk keluarga palmae. tanaman ental ini tersebar di wilayah Nusantara, terutama yang memiliki kondisi agroekologi kering. Buahnya dikonsumsi sebagai buah siwalan, juga dideres sebagai nira. Daunnya untuk pembungkus penganan khas daerah. Keberadaan manuskrip menunjukkan bahwa budaya literasi telah berkembang sejak zaman dulu. Keberaksaraan menjadi sarana estafet nilai peradaban bangsa. Aneka nilai yang diguratkan dalam manuskrip. Penanaman nilai etika, pengelolaan alam yang selaras. Nilai yang menjadi dasar perkembangan nilai kini. Nilai yang sungguh berharga dan perlu diselamatkan.
Museum Lontar Gedong Kirtya yang terletak di kompleks Sasana Budaya, tepatnya di kawasan Jalan Veteran Kelurahan Paket Agung, Singaraja, merupakan satu-satunya museum Lontar di Dunia. Tentu, museum lontar ini menjadi jujukan wisatawan mancanegara (wisman) untuk melihat ribuan lontar yang dikoleksi. Tercatat sebanyak 1.808 lontar yang dikoleksi di Gedong Kirtya. Selain lontar asli, museum teks tertua di Pulau Dewata itu juga memiliki salinan lontar sebanyak 4.867 buah, dan dari jumlah itu yang belum disalin mencapai 3.110 buah, sampai pada 2015.
Secara umum daftar lontar dibagi menjadi beberapa bagian. Misalnya Weda mencakup Weda, Mantra, Kalpasastra. Agama mencakup Palakerta, Sesana, Niti. Wariga meliputi Wewaran, Tutur Upadesa, Kanda, Anusada. Itihasa atau Wiracarita terdiri dari Parwa, Kekawin, Kidung, Geguritan. Sedangkan berbagai jenis Babad seperti Pemancangah, Babad hingga Tantri. “Yang paling banyak dicari pengunjung ya tentang Lontar Usadha, Wariga, dan Babad. Namun, kalau Wisatawan asing biasanya mereka hanya nanya dan foto-foto terkait lontar yang tersimpan.