Manusia di dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari hal-hal yang memengaruhi pisik dan pikiran. Pengaruh tersebut akanbermuara pada realitas suatu kondisi sehingga manusia padasituasi tertentu ada dalam keadaan sehat, lelah, malas, senang,susah, dan sakit. Ketika manusia berada pada tataran kondisiyang kurang menggembirakan, mereka akan berusahamengatasinya dengan berbagai upaya.
Salah satu naskah lontar yang cukup penting bagi kita, yaitu lontar Usada Buduh (penyembuhan penyakit gila). Orang yang terkena penyakit gila tentu ada yang dapat disembuhkan secara medis, tetapi tidak sedikit pula yang tidak dapat disembuhkan. Penanganan secara tradisional di daerah-daerah nusantara bagi yang memiki pengetahuan tradisional untuk menyembuhkan penyakit jiwa sudah pasti pernah dilakukan.
Sistem pengobatan dalam lontar Usada Buduh dan sarana obatnya masih mengikuti sistem pengobatan tradisional Bali pada umumnya. Tumbuh-tumbuhan, binatang, dan air mineral menjadi unsur utama. Cara penerapan obatnya meliputi: urap, yaitu dilulurkan; simbuh, yaitu sarana obat dikunyah kemudian di semburkan ke bagian badan tertentu; tutuh artinya pengobatan melalui penetesan pada hidung atau mata ; inum (minum); uut (urut); mantra; dan rerajahan.
Di antara unsur-unsur dalam sistem pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal Bali, ada mantra, rerajahan, dan wijaksara. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur magisnya. Dalam pengobatan Usada Buduh, di samping diberikan sarana obat alami, juga disertai mantra. Ini artinya para pengobat atau Balian ketika mengobati orang kena penyakit gila sangat serius sampai memohon kepada Tuhan (dalam mantra disimbolkan dengan kata Ong) agar si sakit segera sembuh.
Unsur kedua yang memiliki kekuatan magis dalam Usada Buduh adalah dipakainya rerajahan. Tidak jarang sebuah penyakit sudah sembuh kemudian kumat lagi. Biasanya penyakit ini dibuat oleh orang pintar. Di sinilah rerajahan tersebut akan menangkal penyakit tersebut datang lagi. Intinya para Balian harus mendalami dan mengerti rerajahan karena rerajahan itu merupakan salah satu perlengkapan para Balian.
Unsur magis ketiga, yaitu wijaksara. Wija atau bija berarti benih, sedangkan aksara yang dimaksudkan di sini aksara Bali. Aksara Bali dalam konteks ini adalah aksara suci terdiri dari ekaksara, dwiaksara, triaksara, pancaksara, dasaksara. Unsur ketiga ini dalam lontar Usada Buduh tidak dipakai. Walaupun demikian, fleksibilitas dalam pengobatan tradisional Bali atau usada tetap ada. Artinya tanpa mantra, rerajahan, dan wijaksara, atau hanya dengan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan air, optimalisasi kesembuhan pasti ada. Ketiga unsur magis tersebut hanya bermakna memperkuat obat dan membentengi si sakit. Artinya tetap yang paling penting sarana alami tersebut.
Menurut lontar Usada Buduh, ada beberapa jenis penyakit gila dengan ciri masing-masing. Setiap penyakit gila dengan ciri masing-masing tersebut berbeda pula cara pengobabatan dan obatnya. Di samping itu juga terdapat pengobatan penyakit gila dengan tanpa memperhatikan cirri-cirinya atau secara umum.
Jenis penyakit gila berdasarkan ciri-cirinya
1. Orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama Dewa.
Sarana pengobatannya: kunir (Curcuma domistica VAL.) yang warnanya kemerah-merahan. Ketumbar (Cariandrum sativum L.), garam bercampur arang, itu dipakai jamu. Teteskan ke hidung dan mata. Setelah itu kembali diminumkan air kelapa (Cocus nucifera L.) muda dari jenis kelapa mulung (kelapa kulitnya hijau, pangkal tangkainya merah).
2. Orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-nyebuit nama seseorang.
Sarana pengobatannya: putik kelapa mulung dan akar kelapanya yang masih muda, 2 biji pantat bawang merah (Allium cepa L.), 2 biji adas (Foeniculum Vilgare MILL.), ketan hitam, dicampur dan minumkannya.
3. Orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit ini namnya sakit edan kabinteha.
Sarana pengobatannya: 25 biji ketumbar, asam (Tamarindus incica L.) tanek (asam dikukus), gula enau, santan kane (kental), campur dan minumkan. Sebagai bedaknya: setangkai kelor munggi (Moringga Oleifera LAMK.), setangkai kesawi (Brassica juncea Coss.), pala (Myristica fragons Houtt.), tri ketuka tertdiri dari 3 unsur: bawang merah, bawang putih, dan jerangan (Acorus calamus Linn), air cuka. Mantra obat dan borehnya: Ong asta astu ya nama swaha, ala ala ilili swaha, sarwa bhuta wistaya, sarwa guna wini swaha, ah astu ya astu.3 kali. (Ya Tuhan semoga kami selamat, segala penyakit hilang, segala gangguan para bhuta hilang).
4. Orang gila dengan ciri suka tertawa dan melucu.
Sarana pengobatannya: paria lempuyang (sb Singiber), ketumbar, tri ketuka, air cuka, dicampur dan minumkan. Sebagai borehnya (bedak), sarana: kelor munggi (sejenis Moringa oleifera L.), intaran bersama kulitnya, 9 pucuk daun liligundi (Vitele trivolia). Ramuan-ramuan umbi gadung (Dioseoria hirsute), air cuka, tri ketuka. Mantra: Ong edan edan anama swaha waras. (Ya Tuhan semoga penyakit gila ini sembuh).
5. Orang Gila dengan ciri suka bermain tinja.
Sarana pengobatannya: setangkai sulasih (Ocimum basilicum L.), ginten (Calius aromaticus B.) hitam dan buyung-buyung (perdu bunganya seperti lalat) bersama daunnya. Semua bahan tersebut diulek dan remasi sidem (semut hitam) dan semut tungging. Teteskan di mata sampai telinga.
6. Orang gila dengan ciri suka berkata aneh dan suka turun.
Sarana pengobatannya: kelor munggi, kesawi, bawang adas, tri ketka. Dicampur kemudian minumkannya. Juga teteskan dari hidung sampai mata. Mantra: Ong hyang astu ala-ala ili ili sarwa brang grang wini swaha, waras.
7. Orang gila sering disertai epilepsy.
Sarana pengobatannya: pacipaci (sejenis perdu batangnya kering, daunnya lancip dan kasar) beserta bunganya. Saat memetik jangan menginjak bayangan kita, ditambah lagi kemiri (Aleurites mollucana wild.), pala, jerangan (Acous Calamus LINN.), mungsi (Carum copticum BENTH.), semua dicampur dan minumkannya. Ampasnya dipakai boreh (bedak). Mantra: Ong sang Depadaa angumbang ring saksi, luarakna banyu wus wasane si anu, mundurana kita den agelis, mundur kita wetan, kidul kulon lor ring tengah, metu ngambah ke baga purus.
8. Orang gila dengan cirri berkata tidak karuan dan sering mengambil barang yang tidak berguna.
Sarana pengobatannya: merica (Piper nigum L.) putih diulek dengan air jeruk, remasi semut hitam. Air beningannya teteskan pada mata, telinga, pada hidung. Setelah obat yang pertama diberikan, tambahi lagi dengan obat tetes untuk hidung, sarana: 2 biji bawang putih, 2 butir merica putih (Allium sativum L. ), air dari gosokan kayu cendana (Santalum album L.), air jeruk yang bening, banyaknya berimbang. Diamkan sejenak, kemudian air beningannya itu yang diteteskan pada hidungnya.
9. Sakit gila dengan ciri suka tidur dan tidak enak makan serta minum.
Sarana pengobatannya: 7 helai daun sirih (Piper betle L.) temu ros (urat daun kiri dan kanan bertemu di tengah), 7 butir merica, dan garam. Semua dicampur dan diminumkannya. Ampasnya disemburkan ke seluruh tubuhnya.
10. Sakit gila dengan ciri suka meratap tidak karuan dan menangis siang malam.
Sarana pengobatannya: kelapa mulung, kemiri jetung (biji buahnya satu), kemiri biasa sama-sama sebiji, bawang, mungsi, ketumbar. Semua dicampur dan teteskan di hidung, mata, dan telinga. Ampasnya dibedakka ke seluruh badannya. temu ros, 3 butir ketumbar, 3 butir mungsi, 3 iris lengkuas (Languas galangal L.). Semua dicampur dan teteskan pada hidung serta telinga. Ampasnya dipakai untuk membedaki seluruh badannya.
11. Sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang.
Sarana pengobatannya: daun sirih tua temu ros, 3 biji ketumbar dan 3 biji mungsi, 3 iris lengkuas. Teteskan pada hidung dan telinga. Ampasnya dibedakkan di seluruh tubuhnya.
12. Sakit gila dengan ciri suka menari dan bernyanyi.
Sarana pengobatannya: sembung bangke (tanaman perdu yang merambat dengan daun panjang dan runcing), sembung gantung, liligundi (Vitek tripolia), daun intaran dan akarnya, tri ketuka, air cuka. Beningan airnya dipakai untuk menetesi telinga dn hidung. Ampasnya di bedakkan. Mantra: Ong arah arah greha ah teka sidhi swaha.
13. Sakit gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi siang dan malam.
Sarana pengobatan: kejanti, kencur (Kaempferia galangal L.), lempuyang, bangle (Zingiber purpureum), jahe (Zingiber officinale R.), merica, tri ketuka, bawang, sinrong (rempah-rempah bahan parem), air cuka, semut hitam. Semua dicampur dan teteskan pada hidung serta telinga. Ampasnya dibedakkan.
14. Sakit gila dengan ciri suka mengulum sesuatu.
Sarana pengobatan: minyak wangi, sulasih wangi, dan mungsi dicampur. Teteskan pada hidung dan telinga. Ampasnya dibedakkan. Mantra: Ong arah arah wayamanisa wagrana wiswaha.
15. Sakit gila dengan ciri perutnya bengkak.
Sarana pengobatannya: liligundi, kantawali (tumbuhan jalar dengan rasa teramat pahit), mungsi, pala, air cuka. Semua bahan di dadah (rebus) dan diminumkannya. Mantra: Ong arah arah ya atutur tutur namah swaha
16. Sakit gila dengan ciri badan panas.
Sarana pengobatannya: seleguri jantan betina, tapak liman (Elephanropus LINN.), gelagah (Saccarum sponteneum L.), ilalang, akar muda kasimbukan (Paederi foetida L.), kulit akar kendal (Cordia abliqua W.), pulasari (Alixia stellata R&N.), jinten hitam, bawang adas, sepet-sepet (salah satu jenis rempah), lapisan lender pohon Kendal, daun dapdap tis (Erythrina Varegita), beligo arum (Lagenaria leucntha Rusby.), segumpal tombong (manik dalam kelapa tua), dan beras merah. Semua bahan digilas dan dibuat tum kemudian dikukus sampai benar-benar masak. Setelah matang, tuangi air tebu hitam yang telah dibakar. Beningannya dipakai menetesi telinga, hidung, dan mata dan minumkannya. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya.
Obat semburnya, sarana: daun kenanga yang kuning-kuning, sari lungid , kemenyan madu, dan kerokan kayu cendana. Semua ini disemburkan pada dahi sampai sisi seluruh rambutnya. Ada lagi obat tetesnya, sarana: sintok (Cinnamomum sintoc blume), dan lempuyang. Perasannya dipakai menetesi. Ramuan sebagai urap (boreh) di dada dan perut bagian bawah. Ini pengobatan yang termasuk tis (sejuk). Pada bagian kakinya berikan param yang hangat dan mantrai seperti di depan.
17. Sakit gila dengan ciri sering menari.
Sarana pengobatannya: dause keeling (Justicia gendarusa Lf.) bersama akarnya, dan gula enau. Setelah dicampur, teteskan dan minumkannya. Mantra: Ong paramatma atma pariatma, sarwa graham wina sidham swaha, waras 3 kali.
18. Sakit gila dengan ciri sembrono tak menentu.
Sarana pengobatannya: segala jamur yang tumbuh di atas batu, akar hawa keroya/beringin (Ficus benyamina LINN.), tri ketuka, 7 iris bangle (Zingiber purpurem), mungsi, dan air cuka. Air perasannya direbus, setelah itu beningannya teteskan pada telinga, hidung, dan mata. Ampasnya dibedakkan ke seluruh badan. Mantra: Ong lara muksah tutur remut, 3 kali, anuduh kita manongosin, jadma manusa maluaran kita, tanpa mangan. Mulih kita maring panangkan kita rauh, sang bayu teka lara lunga waras.
19. Sakit gila dengan rasa ketakutan.
Sarana pengobatannya: akar kekara (Dilicos Labb LINN.) yang merah dan yang putih, tetapi kekara tersebut sudah berumur tahunan. Pada saat memetik jangan sampai kena bayangan kita, dan bawang adas, lalu diperasi jeruk. Beningannya teteskan pada telinga dan hidung serta minumkannya. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya.
20. Sakit gila dengan ciri memaki-maki dukun (kena santet).
Sarana pengobatannya: daun pungut (tanaman tropis baik untuk dijadikan bonsai) yang tumbuhnya sama-sama mengapit jalan masing-masing 3 helai, 3 helai daun lada dakep (yang menjalar di tanah), 3 butir merica gundul. Semua bahan dicampur dan disemburkan pada yang sakit. Setelah itu dipijit. Jika sudah kelihatan penyakitnya, tarik ambil dengan cepat, inilah mantranya: Ih modra mocah, sira anikep larane I yono den cokot keret kekreug, 3kali.