Penggunaan Hewan dalam Upacara Bhuta Yadnya (Caru)


Setiap bentuk ritual yang dijalankan oleh masyarakat Hindu, utamanya di Bali, biasanya mengandung unsur-unsur kefilsafatan yang cukup tinggi. Hampir semua simbol-simbol dan mitos-mitos yang digunakan dalam ritual agama dan keagamaan mempunyai makna filosofis terpendam, yang semuanya berhubungan keselarasan hidup dan keselamatan umat manusia yang harus diyakini sebagai bentuk implementasi, keinginan dan ketaatannya pada ajaran agama Hindu yang tertuang dalam kitab Suci Weda sebagai Wahyu atau Sabdha Tuhan.

Penggunaan dan fungsi hewan dalam berbagai jenis upacara keagamaan menjadi semacam simbolosasi yang sarat dengan makna cukup mendalam.

Seperti diketahui Bhuta yadnya merupakan salah satu yadnya yang diyakini oleh umat Hindu sebagai jalan untuk menjaga keharmonisan alam atau bumi. Yadnya ini berfungsi dan bermakna bahwa melalui yadnya tersebut semua unsur alam semesta akan terjaga keharmonisannya. Salah satu unsur penting dalam Bhuta yadnya khususnya upakara caru, adalah adanya unsur binatang atau hewan (wewalungan). Namun demikian,  dalam Pitra  yadnya juga menggunakan hewan antara lain burung cendrawasih (Manuk dewata), perkutut dan ayam. Pada saat menaiki wadah, seserong memegang burung cendrawasih sebagai simbul penunjuk jalan menuju sorga. Sedangkan burung perkutut dan ayam dilepas sesaat sebelum layon diturunkan dari wadah setelah sampai di setra. Hal ini bermakna sebagi simbul pelepasan roh (burung perkutut) dan panca maha bhuta (ayam) untuk menuju sumbernya masing-masing.

Dasar penggunaan binatang atau hewan dalam pelaksanaan caru di Bali, dapat diketahui dari lontar Kramaning Caru, lembar 1.b.

Dalam lontar itu diuraikan,

nihan kramaning caru manut nistamadya utama, lwirnya, sata brumbun sanunggal …yan kwala ayam brumbun, carukna nta, caru pangruwak, nga”

 inilah tingkatan caru, nista, madya utama menggunakan ayam brumbun satu ekor… apabila hanya menggunakan ayam brumbun, penggunaannya sebagai caru pengruwak namanya.

Selain itu, juga dapat diketahui dari kitab Manawadharmasastra V. 42, yang menentukan bahwa Tuhan menciptakan binatang dan tumbuhan untuk tujuan upacara-upacara kurban, dengan maksud untuk kebaikan bumi

“eswarthesu pacunhimsan weda, tattwarthawid dwijah, atmanam ca pacum caiwa ga, mayatyutanam gatim”,

yang artinya: seorang yang mengetahui arti sebenarnya dari weda, menyembelih seekor hewan dengan tujuan-tujuan tersebut di atas menyebabkan dirinya sendiri bersama-sama hewan itu masuk ke dalam keadaan yang sangat membahagiakan.

Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa penggunaan binatang atau hewan (wewalungan) dalam pelaksanaan upacara yadnya, khususnya Bhuta yadnya (caru), mengandung makna penyucian untuk keseimbangan alam mikrokosmos dan makrokosmos.

Kaitannya dengan penggunaan hewan upakara, khususnya oleh umat Hindu di Bali, pengelompokan didasarkan atas jumlah kaki dan habitat hidup dari hewan tersebut. Pengelompokan tersebut yaitu: Hewan Suku pat (berkaki empat), Soroh kedis (burung/aves/unggas), Isin alas, Isin tukad, Isin carik, Isin pasih dan Gumatat-gumitit. Namun pengelompokkan tersebut tidak konsisten, karena ada sejumlah hewan bisa masuk dalam dua kelompok sekaligus, diantaranya harimau jelas adalah hewan Suku pat, namun juga dimasukan sebagai hewan Isin alas.

1. Soroh suku pat

 

No

Nama Hewan

Nama Latin/Ciri-ciri

Digunakan pada Upacara

1.

Sampi (Bali), Sapi (Ind)

Bos javanicus

Tawur Eka Dasa Rudra, Panca

Wali Krama, Balik Sumpah dll

2.

Kambing

Capra sp

Caru   Manca  Kelud,  Labuh

Gentuh, Pakelem, dll

3.

Kebo (Bali), Kerbau (Ind)

Bubalus bubalis

Caru Masesapuh Agung,

Maligya Bumi, Usaba Nini, dll

 

Kebo

anggrek   wulan

(Bali),

Bubalus bubalis/ warna kulit

agak putih dari induk putih

Tawur Tri Buana, Eka Buana,

Mesadi, dll

 

Kebo cameng (Bali),

Bubalus bubalis/kulit dan bulu hitam, dari induk dan penajantan

berwarna hitam

Eka Dasa Rudra

 

Kebo

klutuk/Kebo

lukuh (Bali),

Bubalus bubalis/ warna kelabu

dai induk putih

Eka Dasa Rudra

 

Kebo yos merana (Bali)

Bubalus bubalis/ kulit hitam

bulu putih, berasal dari pejantan hitam, induk putih

Balik   Sumpah,  Caru   untuk

yang punya anak 3 atau lebih, dll

4.

Misa (Bali), kerbau (Ind)

Bubalus bubalis

Eka  Dasa  Rudra,   Karya

Pengenteg Jagat,

5.

Lembu(Bali),   sapi   putih

(Ind)

Bos javanicus

Pakelem, Mamukur, Baligya, dll

6.

Celeng (Bali), Babi (Ind)

Sus vittatus

Pemaden   Caru,    Padudusan

Agung, Bebangkit Gayah, dll

 

Celeng    cundang    panjut

(Bali), Babi (Ind),

Sus vittatus/Hitam dgn warna

putih pada dahi dan ujung ekor

Karya Bangun

Agung, dll

Ayu, Tawur

 

Celeng tulus gunung (Bali), Babi (Ind),

Sus vittatus/Hitam

Caru Sasih Kawulu Katemu

Lindu, dan berbagai jenis caru

 

Kucit (Bali), Anak babi (Ind),

Caru Manca Rupa,  Manca

Sanak, Meras Pianak, dll

 

Kucit butuhan (Bali), Anak babi (Ind),

Caru Balik Sumpah, Maligya

Bumi, dll

7.

Cicing

belang   bungkem (Bali),       Anjing (Ind),

Cannis familiaris

Caru Rsi Gana, Manca Sanak, Manca Kelud, dll.




Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga