Istilah yang berkaitan dengan metatah, mesangih, mepandes ataupun potong gigi banyak dimuat dlam pustaka lontar mengurai tentang metatah seperti yang diuraikan di dalam pustaka rontal Dharma Kauripan, Eka Pratama dan Lontar Puja Kalapati.
Metatah disebut juga potong gigi. Sampai kini ada tiga istilah di Bali yang lazim digunakan untuk menyebut upacara tradisi metatah yaitu: metatah, mesangih dan mepandes. Istilah metatah sebagaimana disebutkan dalam pustaka rontal tersebut berasal dari kata tatah yang berarti pahat.
Istilah metatah ini dihubungkan dengan suatu tatacara pelaksanaan upacara tradisi metatah yaitu kedua taring dan empat gigi seri bagian atas dipahat tiga kali secara simbolik sebelum pengasahan giginya dilakukan lebih lanjut, dari hal seperti itulah muncul istilah metatah, mengenai istilah mesangih, dimunculkan dari mengasah gigi seri dan taring atas dengan pengasah yaitu kikir dan sangihan pengilap, sehingga gigi seri dan taring atas menjadi rata dan mengkilap.
Kata mesangih adalah bahasa Bali alus sor sedangkan bahasa Bali alus mider adalah mepandes, maka dari itulah ada tiga istilah mengenai upacara tradisi metatah di Bali.
Tradisi metatah massal juga sering dilakukan pada saat upacara nyekah merupakan salah satu bagian dari upacara manusa yadnya yang patut dilaksanakan oleh setiap umat Hindu. Upacara ini mengandung pengertian yang dalam bagi kehidupan umat Hindu yaitu:
- Pergantian prilaku untuk menjadi orang sejati yang telah dapat mengendalikan diri dari godaan pangaruh Sad Ripu.
- Memenuhi kewajiban orang tua terhadap anaknya untuk menemukan hakikat manusia yang sejati.
Dari pengertian ini dapatlah dipahami, bahwa upacara tradisi metatah massal adalah upacara potong gigi secara bersama pada dilangsungkannya upacara nyekah dibawah Hyang Pitara, dengan harapan orang yang telah meningkat menjadi Hyang Pitara merestui dan menghilangkan kotoran diri (nyupat) sehingga menemukan hakikat manusia sejati dan terlepas dari belenggu kegelapan akibat sulapan dari pengaruh sad ripu dalam diri manusia. Dalam pustaka rontal Puja Kalapati disebutkan apabla tidak melakukan upacara tradisi metatah, maka rohnya tidak akan bertemu dengan roh orang tuanya di sorga kelak.
Sedangkan metatah artinya memotong, mematahkan gigi merupakan upacara yang penting dilakukan setelah menginjak remaja, dilihat secara fisik mereka tahu bagaimana cara berpenampilan yang rapi dan sopan, terutama pada bagian gigi karena dengan membentuk gigi yang rapi akan kelihatan lebih serasi dengan bentuk mulut, secara mental mereka paham tentang perbedaan benar dan salah, pantas dan tidak pantas, serta seiring dengan perkembangan jaman tingkah laku seorang remaja cenderung pada hal-hal yang bersifat pamer, ingin diakui keberadaannya yang disebabkan oleh masih terbawanya sifat-sifat keraksasaan. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu ritual untuk dapat dinetralisir dan dikendalikan.
Untuk pelaksanaan upacara metatah massal diawali dengan persiapan, prosesi dan mejaya-jaya. Sedangkan bagi perserta diawali dengan penyucian diri, pengekeban, merajah, metatah , turun menginjak peras, sembahyang dan diakhiri dengan mejaya-jaya.