- 1Pemandangan di Alam Astral
- 2Penghuni Alam Astral
- 3Jiwa dari orang yang telah meninggalkan Badan Fisik (Mati)
- 3.11. Kaum Nirmayakaya
- 3.22. Yang menunggu Reinkarnasi
- 3.13. Kaum Orang biasa
- 4Kehancuran Tubuh Astral
- 4.1Selongsong
- 5Orang Bunuh Diri dan Mati Kecelakaan
- 6Sumber Daya Alam Astral
- 6.1Kewaskitaan.
- 6.1Kehancuran Disintegrasi
- 6.2Materialisasi
- 6.3Apa sebabnya harus gelap
- 6.1Pengendapan
- 6.2Cahaya Roh
Hal pertama, yang perlu diberi penjelasan dalam menggambarkan tentang alam astral (Niskala), yakni tentang realitasnya yang mutlak. Dalam menggunakan kata ini tidak menggunakannya dari segi metafisika, yang mengatakan segala sesuatu itu tidak-nyata, sebab sifatnya tidak tetap atau fana. Bagaimanapun juga mereka adalah sesuatu yang nyata dipandang dari segi pandang spiritual selama mereka ada. Mereka itu adalah kenyataan yang tidak dapat diabaikan, hanya karena sebagian besar umat manusia belum dapat menyadarinya atau hanya secara samar-samar saja sadar mengenai keberadaannya.
Seseorang tahu bagaimana sukarnya pikiran menyadari realitas dari hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan mata jasmani. Sangat sukar bagi untuk menyadari, bagaimana tidak lengkapnya penglihatan kita, sehingga kita tidak dapat mengerti, bahwa kita selamanya hidup dalam suatu dunia luas, sedang kita hanya dapat melihat sebagian kecil saja. Namun ilmu pengetahuan menceritakan dengan tanpa ragu-ragu, bahwa demikianlah halnya, sebab ia dapat membeberkan kepada kita, inilah dunia. seluruhnya penuh dengan mahluk-mahluk, yang adanya sama sekali tidak kita ketahui sepanjang menggunakan indera fisik saja.
Ke arah lain indera kita juga terbatas, tidak dapat melihat udara yang justru ada di sekeliling kita. Indera fisik tidak dapat menunjukkan adanya, kecuali jika ia bergerak, hingga kita dapat menyadarinya melalui indera peraba. Walaupun begitu, di dalamnya terdapat suatu kekuatan yang dapat menghancurkan kapal terbesar dan merobohkan bangunan terkuat, jelaslah di sekeliling kita terdapat daya-daya kekuatan besar, yang lepas dari pengamatan indera kita yang tidak sempurna dan lemah. Begitu nyata keadaan indera kita seperti itu, sehingga kita harus waspada agar tidak menjalankan kesalahan umum yang membahayakan, dan menduga bahwa apa yang kita lihat mencakup semua yang dapat di lihat.
Kita seperti terkurung di dalam menara dengan indera kita sebagai jendela-jendela kecil yang terbuka hanya ke suatu arah tertentu. Ke arah lain-lainnya kita tertutup sama sekali, akan tetapi kewaskitaan atau penglihatan astral membuka satu atau dua jendela tambahan lain, memperluas pandangan kita sehingga terbentang di hadapan kita suatu’ dunia baru yang luas, yang merupakan juga bagian dari jagad lama, sekalipun sebelumnya kita tidak melihatnya.
Tidak seorang pun memiliki gambaran terang tentang ajaran Religi Kearifan, sebelum ia paling tidak memiliki pengertian intelektual dari fakta bahwa dalam tata surya kita ada kawasan alam lain yang nyata, masing – masing dengan materinya yang berbeda-beda kepadatannya. Beberapa kawasan alam dapat dikunjungi dan diamati oleh orang-orang yang telah membuat dirinya cakap untuk pekerjaan itu.
Sama halnya seperti negeri asing dapat dikunjungi dan diamati. Dengan membandingkan pengamatan mereka yang biasa bekerja di alam itu, dapat ditemukan bukti-bukti tentang keberadaan dan sifatnya, setidak-tidaknya yang memuaskan seperti halnya kebanyakan di antara kita merasa puas, dengan pengertian kita tentang keberadaan Greenland atau Spitzbergen. Selanjutnya seperti seseorang yang memiliki sarana dan memilih mau bersusah payah dapat pergi dan melihat Greenland atau Spitzbergen bagi diri sendiri, demikian juga seseorang dapat memilih dan berusaha keras untuk mendapatkan kecakapan baginya yaitu dengan menjalani hidup tertentu yang disyaratkan, sehingga pada waktunya ia dapat melihat alam-alam lebih luhur ini menurut kehendaknya sendiri.
Nama-nama yang diberikan kepada alam-alam ini, yaitu alam wadag, alam astral, alam mental serta alam Buddhi dan alam Jiwa atau roh. Nama-nama itu kita berikan kepadanya menurut urutan kepadatannya, yakni mulai dari yang terpadat meningkat pada yang lebih halus, sampai pada yang terhalus. Lebih tinggi dari pada yang kita ceritakan di atas, ada dua lainnya, akan tetapi mereka itu jauh berada diluar kecakapan kita untuk menggambarkannya, kita tinggal dulu pembicaraan kita sekarang ini. Harus dimengerti, bahwa zat atau materi tiap-tiap kawasan alam itu, sangat berbeda dengan kawasan di bawahnya seperti halnya uap berbeda dengan zat padat, tetapi dalam taraf lebih besar lagi. Sebenarnya apa yang kita sebut padat, cair dan gas hanya merupakan tiga bagian rendah dari materi alam fisik ini.
Kawasan astral yang akan coba diterangkan, adalah yang kedua dari kawasan besar di dalam alam, yaitu alam berikutnya yang ada di atasnya (halus, Niskala) atau di dalamnya dunia fisik, yang kita semua mengenalnya. Sering disebut juga alam khayal atau ilusi, bukan karena ia palsu dari pada alam wadak ini, akan tetapi tanggapan orang dibawa kembali ke daiam alam dunia ini oleh orang waskita yang tidak terlatih.
Sang Guru atau mungkin beberapa praktisi spiritual yang lebih maju, memperlihatkan di hadapahnya segala macam bentuk penglihatan yang menyesatkan berulang kali, dan menanyakan kepadanya: “Apakah yang telah kau lihat ?” Setiap jawaban yang salah kemudian dibetulkan,serta diterangkan juga sebabnya, sehingga sedikit demi sedikit si pemula memiliki suatu ketepatan dan kepercayaan dalam menghadapi gejala di alam astral, yang sangat lebih rumit dari sesuatu yang mungkin dihadapi di alam fisik ini.
Ia bukan saja harus belajar melihat tepat akan tetapi menceritakannya dengan tepat pula, dari alam yang satu ke alam yang lain, tentang apa yang ia lihat dan ia ingat. Untuk memberi pertolongan kepadanya dalam hal ini, ia harus diberi pelajaran memindahkan kesadarannya dari alam fisik ke alam astral atau mental tanpa keputusan dan kembali lagi. Sampai hal itu dapat dilakukan, selalu ada kemungkinan bahwa sebagian dari apa yang diingatnya dapat hilang atau berubah diwaktu terjadi kekosongan waktu beralih kesadaran dari satu alam ke alam yang lain. Jika kecakapan memindahkan kesadaran, itu dapat dimiliki secara sempurna,sang murid akan memiliki kemajuan untuk dapat menggunakan semua kecakapan astralnya.
Hal itu dapat dilakukan bukan saja jika ia keluar dari badan wadagnya selama tidur, selama setengah tidur, selama meditasi, juga diwaktu bangun benar-benar dalam kehidupan biasa dalam badan wadag ini.
Telah menjadi kebiasaan bagi sementara kaum Theosofi untuk berbicara merendahkan tentang alam astral dan menganggapnya sama sekali tidak penting untuk diperhatikan. Akan tetapi hal itu tampak pandangan yang keliru. Tak dapat diragukan, apa yang harus kita tuju yaitu kehidupan sebagai Roh, dan celakalah seorang pelajar yang tidak menghiraukan hal tersebut dan sudah puas dengan mencapai kesadaran astral. Ada beberapa orang, yang karnanya memungkinkan mereka memperkembangkan kecakapan mental yang tinggi terlebih dulu dengan melampaui alam astral untuk sementara waktu, namun ini bukanlah metode yang biasa dipakai oleh Sang Guru Kearifan bagi murid-murid beliau.
Harus dipahami, bahwa kecakapan penglihatan secara obyektif tak dapat diragukan terdapat dalam diri manusia sebagai benih. Akan tetapi bagi kebanyakan kita, hal itu merupakan soal perkembangan yang lambat dan lama, sebelum kesadaran sepenuhnya dapat bekerja dalam badan-badan yang lebih tinggi. Berkenaan dengan badan astral, soalnya adalah agak berbeda, sebab bagi semua orang berperadaban tinggi dari bangsa yang maju di dunia, memiliki kesadaran yang secara sempurna telah dapat menanggapi semua getaran yang sampai padanya raelalui zat astral. Selain itu juga telah dapat menggunakan badan astral benar-benar sebagai wahana dan alat.
Kebanyakan kita sadar di alam astral, pada waktu badan wadag tidur, akan tetapi pada umumnya kita hanya sedikit saja sadar pada alam itu, dan oleh karena itu menyadari lingkungan astral kita hanya samar-samar saja. Kita juga masih terlibat oleh pikiran di waktu bangun, dan oleh urusan jasmaniah dan hampir tidak memperhatikan alam halus di sekitar kita yang sangat sibuk.
Langkah pertama ialah membuang kebiasaan pikiran demikian, sehingga dapat bekerja di dalam alam itu dengan akal pikiran. Bahkan jika hal itu telah tercapai, hal itu tidak tentu membuat akan dapat membawa: “‘ kembali dalam kesadaran bangun ingatan tentang pengalaman di alam tersebut. Akan tetapi soal dapat ingat kembali, adalah soal lain sama sekali dan dengan cara apapun tidak mempengaruhi kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan astral yang sangat baik.
Di antara mereka yang mempelajari soal ini, ada beberapa yang mencoba memperkembangkan penglihatan astral dengan memandang kristal atau dengan lain cara. Namun mereka yang mendapat keuntungan yang tidak ternilai itu karena menerima petunjuk dari seorang Guru yang cakap, mungkin akan dibuat benar-benar sadar di alam astral, mula-mula dibawah pengawasan khusus dari Sang Guru. Pengawasan akan berlangsung terus sampai merasa puas, bahwa tiap-tiap siswa tahan uji terhadap setiap bahaya atau serangan, yang mungkin sekali akan dijumpainya. Penjagaan itu dilakukan dengan melakukan percobaan-percobaan terhadap mereka. Akan tetapi sekalipun demikian, waktu pertam kali menyadari benar-benar bahwa seseorang selamanya di tengah-tengah kesibukan dunia yang kebanyakan di antara seseorang sama sekali tidak menyadari, maka kejadian itu merupakan suatu kala dalam hidup manusia, yang tidak terlupakan.