Tata Cara Mendem Sawa dan Pelaksanaan Ngaben Sederhana


1. Mabersih / Mresihin

A. Upakara yang disiapkan
  • Airbersih
  • Air kumkum
  • Kramas dan minyak rambut
  • Sigsig
  • Bablonyoh putih kuning
  • Sikapa
  • Telurayam Bali
  • Don tuwung
  • Daun-daun : intaran, menuh
  • Kepehan waja, kepehan meka,malem
  • Daun padma, daun terang bola
  • Monmon mirah
  • Angkeb rai putih
  • Pangulungan
  • Kain putih
  • Kwangen dengan uang kepeng 11 satu buah (ada kalanya disuatu tempat juga dijalankan kwangen pangrekan 22 buah)
  • Tirtha pembersihan
  • Papaga (Bale Padyusan).
B. Pelaksanaan memandikan sawa 

Sawa digotong dari tempat mening- galnya, lalu ditaruh pada bale papaga. Pakaiannya yang terdahulu dilugar, lalu dialasi tikar dengan kain biru. Dikasih bantal bersama uang kepeng 200.

Di atas sawa dipasang kain putih sebagai leluhur. Pakaiannya dilugar, kemaluannya ditutup. Kalau laki ditutup dengan kain, terung bola, oleh anaknya yang perempuan. Kalau perempuan ditutup dengan daun padma oleh anaknya yang laki. Sawa disiram dengan air bersih, ke sekujur tubuhnya. Lalu dilaksanakan pember- sihan sawa.

Mula-mula mulutnya dibersihkan dengan air kekumur, lalu diberi sigsig. Kemudian akramas dan ambuh. Kemudian diminyaki. Setelah bersih bagian hulu, mukanya ditutup dengan prarai.

Kemudian badannya dibersihkan dengan air bersih biasa. Mulai dari leher sampai dengan kakinya. Kukunya yang kotor dikerik. Setelah itu diurap dengan bablonyoh putih dilanjutkan dengan yang kuning.

Sudah kedua blonyoh terpakai sawa dibersihkan kembali dengan air bersih lalu air kumkuman. Setelah pembersihan lalu dilanjutkan dengan menempatkan sarana-sarana daun intaran pada alis, pusuh menuh pada di atas hidungnya. Kaca ditaruh di atas matanya, waja ditaruh di atas giginya, sikapa yang diiris-iris ditaruh di atas dadanya, bebek ditaruh di alas perutnya, malem ditaruh pada telinganya, daun terung bola ditaruh di atas kelamin pria, daun padma ditaruh di atas kelamin wanita. Kemudian disembar dengan daun terung. Kakinya di itik-itik ngekapada, tangan diamustikan diisi kwangen dengan uang kepeng 11.

Monmon mirah dimasukkan ke mulutnya. Pada masing-masing bagian tubuhnya diletakkan kwangen sebagai berikut:

  • Kwangen yang berisi pucuk dadap ditaruh di kepala atau dahi menghadap ke bawah.
  • Kwangen yang berisi uang kepeng 11 ditaruh di tengah-tengah susu (dada), menghadap kepala.
  • Kwangen yarg berisi uang kepeng 9 yang disertai bunga teratai ditaruh diatas hulu hati.
  • Kwangen yang berisi kuncup bunga cepaka putih ditaruh pada tangan kanan kiri, dan
  • dua kwangen ditaruh pada kaki kanan kiri. Diberikan tirtha pembersihan dan panglukatan.

Setelah itu lalu digulung dengan kain putih dan tikar kalasa. Kemudian dilante dan diikat dengan tali dengan kuat. Diatas penggulungan dilaruh daun telunjungan. kain putih secukupnya dan tatindih.

C. Persembahan

Sawa diangkat, dilempari telur ayam dari kepala menuju kakinya, anak- anak, cucu dan lain-lain lalu masuhtb (berjalan di bawah balai tempat mayat). Sawa ditidurkan di bale.
Dihaturi punjung, dan tataban satu soroh eedan. Upasaksi ke surya mempersembahkan suci satu soroh dengan banten asoroh eedan, beserta lis, segau dan tepung tawar.
Upasaksi dihaturkan, tataban kesawa menyusul. Keluarga yang lebih muda nyembah-Setelah selesai keluarga meyuapi punjung kepada Sang mati dengan alat daun dapdap serta mempergunakan tangan kiri.

 

D. Mendhem / Ngurug
  • Sawa yang sudah selesai disembah lalu diturunkan dan diusung ke setra.
  • Di muka sawa, sundih dan tah mabakang-bakang. Terlebih dulu dibuatkan lubang lahat (bangbang). Juga hatur piuning ke Pura Dalein dan Prajapati. (Dengan banten satu soroh serta sesantun). Juga mohon tirtha.
  • Setelah sampai di setra, sawa diputar tiga kali, lalu dimasukkan ke lubang lahat (bangbang). Yang sebelumnya bangbang itu telah dibersihkan dengan rambut anak cucunya, juga diorobi sundih tadi. Lante penggulungnya dibuka dengan tah tadi. Dan monmon mirahnya diambil.
  • Sawa diciprati tirtha pangentas, tirtha Sanggah (Kamulan, Ibu, Sanggah Gede) dan pura Prajapati serta Dalem.
  • Sawa ditimbun perlahan-lahan.
  • Kemudian setelah datar diadakan upacara persembahan. Sama dengan ketika di rumah.

Ngirim atau melepas Sanghyang Atma untuk keperluan ini disertakan banten satu soroh. Disertakan pula Panjang hilang, Angkep Nasi, Bubuh Pirata, Penganghat-angkat.
Setelah selesai, kuburan sawa “digumukkan” diisi sawen dengan pandan dan pinget dengan batu padas tertulis serta lambang swastika.

 

2. Mapepegat

Upacara mapepegat sebagai simbol pemutusan hubungan duniawi dengan yang meninggal. Sarananya disamping banten satu soroh, adalah tali benang yang dihubungkan pada daun carang dapdap. Setelah selesai banten dihaturkan, tali benang ini dilabrak masuk hingga putus. Dengan demikian selesailah sudah upacara mendhem sawa itu.

Catatan :
Apabila tidak ada dewasa ayu untuk Mendhem sawa atau ngurug, Sawa boleh dibawa ke setra dulu dengan cara diam-diam. Jadi tidak mapiuning di pura Dalem. Ketika mayat atau sawa telah dimasukkan di lubang lahat dibagian kepala sawa ditancapkan bambu yang berlubang keluar melalui lubang ini, nantinya ketika secara formal dipendhem, tirtha pangentas, tirtha Sanggah dan Tirtha Dalem Prajapati dimasukkan. Dan ketika upacara ngurug, bambu itu ditarik, kuburan ditimbun sampai “magumuk” dan diisi sawen.


Sumber Buku Ngaben

Drs. I Nyoman Singgin Wikarman



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga