Tata Cara Mendem Sawa dan Pelaksanaan Ngaben Sederhana


2. Ngaben Mitra Yajna

Untuk membedakan dengan jenis pengabenan sederhana lainnya, maka ngaben ini derikan nama Mitra Yajna.

Ngaben sidhaning tingkahing ngupakara sawa ring wang, nistha madya uttama, wange mati bener, mangesenga juga prasiddha mulih ring Dewa Brahma, yadyapi tanpa beya, swastha ring Hyang Agni, prasidha amanggih rahayu Sanghyang Atma. Upakaranya ngeseng, satekane ring setra, tiwakin tirtha pangentas kadi nguni, duluran daksina artha 225, mwah wija acatur warna mawadah tembekur, neher bhasmi. Ring bhasmining sawa, ring sampun geseng, arengnya reka ring kwangi mapinda padma, angrepaken saji tarpana, anuli ayabin bubuh pirata, 108 tanding kwehnya, nasi angkeb punjung putih kuning, kelungah kinasutri, karuhun tang pejati, ring Sanghyang Prajapati. Ri telas mangkana anyut ring genah pangarungan, prasiddha hayu Sanghyang Atma.
(Yama PuranaTattwa, lb. lb).
Artinya:

Untuk berhasilnya tentang pengupacaraan sawa orang, kecil, sedang, besar, bila orang mati benar, harap bakarjuga, berhasil kembali pada Dewa Brahma, kendatipun tanpa biaya, lenyap pada Dewa Api, berhasil mendapatkan keselamatan Sang Atma itu. Sarana pembakar, setibanya di setra. diciprati tirtha pangentas seperti terdahudu, disertakan daksina dengan uang kepeng 225, dan bija empat warna, bertempat pada tembekur, lalu di bakar, pada terbakarnya sawa, setelah lumas, arangnya diwujudkan pada kwangen berbentuk padma, dihidangkan saji tarpana, lalu diayabkan bubuh pirata, 108 landing banyaknya. Nasi angkeh punjung putih kuning, kelungah yang dipotong pantatnya terlebih dulu banten pejati yang ditujukan kepada Dewa Prajapati.

Tata cara Pelaksanaanya

Orang yang baru meninggal sedapat mungkin dibasahi dengan air cendana agar tidak kaku biru.

Perlengkapan
  • Kwangen pengrekaan tujuh buah, satu buah berisi uang kepeng 11, dan pucuk dapdap delapan, sebuah kwangen berisi uang kepeng lima keping disertai dengan kuncup bunga cempaka putih/ kamboja putih dan dua kwangen berisi uang kepeng lima keping disertai kuncup cempaka kuning/kamboja putih (uang kepeng dapat diganti dengan uang logam yang berbentuk bulat).
  • Air kumkuman yaitu air yang dicampur dengan wangi-wangian serta bunga.
  • Pengerisikan/pembersihan lengkap dengan sigsig. ambuh, kekosok.
  • Saji terdiri dari : bubur pirata putih 54 buah, munig 54 buah, masing-masing dialasi dengan sebuah aled, nasi angkeb, ikannya ayam dipanggang tunjung putih kuning ikannya telor dadar, sebuah aled berisi tipat sirikan sebuah, pesor sebuah, penek sebuah, ketipat sebuah, lauk serta ikannya sesuai dengan keadaan, jajan-jajanan ada yang digoreng, dikukus, (jajan kuskus), merah putih ada yang dinyahnyah dimasak dengan gula (kulek batun bedil) dimasak dalam air (bantal) dan lain-lainnya sesuai dengan keadaan. Masing-masing dialasi dengan aled, dilengkapi dengan sampian, saji pengulapan, pengambean, peras, penyeneng dan daksina.
  • Kain putih secukupnya dan pakaian dengan keadaan orang yang meninggal (laki atau perempuan) dan tikar pelasa (tikar halus).
  • Bale-balean darurat yaitu tempat pemandian.
Pelaksanaan pemandian jenazah
  • Mayat diturunkan ketempat bale-bale permandian lalu dimandikan dengan air kumkuman, dikeramas, dan digosok baik badan maupun giginya lalu disirami lagi dengan air kumkuman (bila dimungkinkan dapat dikurapi “boreh ramuan khusus” sebelum diberi pengerikan).
  • Kwangen Pengerikan ditaruh pada badannya, tempat-tempatnya sebagai berikut:
    • Kwangen yang berisi pucuk dapdap ditaruh di kepala/dani menghadap kearah kaki,
    • kwangen yang berisi uang kepeng 11 ditaruh diantara kedua susu menghadap kearah kepala,
    • kwangen yang berisi uang kepeng 9 yang disertai bunga teratai di taruh diulu hati,
    • kwangen yang berisi kuncup bunga cempaka putih ditaruh di tangan kanan dan kiri,
    • dan dua buah kwangen lainnya ditaruh pada kaki kanan dan kiri.
  • Mayat dibungkus dengan kain putih serta diberi pakaian sesuai dengan orang yang meninggal (lelaki atau perempuan).
  • Lalu disembah oleh orang yang patut menyembah.
  • Setelah dibungkus dengan tikar pelasa, mayat dinaikkan ketempat pembaringan, diaturi sesaji seperti diatas.
  • Selesai diupacarai, mayat diusung ke setra (tempat pembakaran mayat) dengan alat pengusungan yang bisa di usung oleh empat orang atau kelipatan.
Upakara-upakara di Setra
  1. Tirtha pengentas pemberian sang sulinggih.
  2. Tirtha yang dimohon di Merajan/ Kawitan serta pura-pura tertentu (Dalem, Prajapati).
  3. Banten pesaksi ke Prajapati terdiri dari suci 1 soroh beserta reruntutannya.
  4. Daksina 1 buah berisi uang kepeng 225 (Daksina ini nantinya ikut dibakar).
  5. Diyuskamaligi terdiri dari: Beras catur wama, pengerisikan-pengerisikan, periuk caratan, coblong, masing-masing berisi air, serta jejaitan padma pada periuk bebuu (lis) pada coblong, kelengkapan yang lain adalah kelungah kelapa gading yang dikasturi 1 buah, sisir, cermin, “petal” subeng, masing-masing 5 buah (dibuat darijamur).
  6. Kwangen pangerakan 22 buah, sebuah berisi uang kepeng 5 yang lain berisi uang kepeng 2.
  7. Kain putih atau pakaian seperlunya.
  8. Kelapa gading yang sudah dikasturi (sebagai tempat abu).
  9. Saji dahar kasturi sebagai berikut.
  10. Tumpeng 2 buah, penek 2 buah, kelungah kelapa gading 1 buah (dikasturi), semuanya dijadikan satu tempat (aled) dilengkapi dengan lauk pauk seadanya.
  11. Tumpeng 3 buah, kelungah kelapa gading 1 buah, jajan buah-buahan serta lauk pauk/ rerasmen.
  12. Tebog 2 buah berisi nasi serta rerasmen.
  13. Limas 2 buah berisi nasi serta rerasmen.
  14. Tipat sirikan 6 buah, pesor 6 buah, entil 6 buah, ketipat 6 buah, belayak 6 buah masing-masing dijadikan satu tempat dilengkapi dengan rerasmen dan raka-raka.
  15. Tamas berisi nasi putih 1 buah disusuni rerasmen, sebuah lagi berisi nasi kuning, disusuni rerasmen dan ditaruh satu tempat.
  16. Sebuah aled berisi 4 buah penek sebuah penek disisipi telur dadar, sebuah disisipi ketimun, sebuah disisipi terung, dan sebuah lagi disusuni sayur-sayuran (sebaiknya sayur daun kelor yang direbus) sebagai ikannya adalah: udang, kepiting, nyalian, belut, teri yang termasuk isi sawah, isi sungai, isi laut, dan isi gunung.
  17. Sebuah aled berisi sebuah penek yang agak besar, dengan ikan itik (betutu bebek).
    Banyak jenisnya disesuaikan dengan keadaan sesajen-sesajen tersebut mempergunakan sampian saji, dilengkapi dengan pengembaian, sorohan, peras, penyeneng, dapetan guru, pengiring dan daksina.

 

Pelaksanaan Pembakaran Mayat
  1. Sesampainya di setra, mayat dibuka, diperciki beberapa tirtha yaitu tirtha pengelukatan, pembersih, tirtha pangentas dari kawitan merajan serta pura-pura.
  2. Ditabur bija catur wama air kelapa gading, dan lain-lain yang ada pada diyuskamaligi lalu dibakar bersama-sama dengan daksina yang berisi uang kepeng 225 (daksina dimaksud terlebih dulu dilebar dan isinya ditaburkan).
  3. Setelah terbakar, tulang-tulangnya dikumpulkan, disiram dengan air kumkuman, direka dengan kwangen pengerekan sebanyak 22 buah dengan susunan sebagai berikut : 7 buah berjajar, 9 buah berbentuk padma (kwangen yang ditengah berisi uang kepeng lima buah) sedangkan 6 buah lainnya diletakkan berjajar dua. Selanjutnya ditutupi kain putih atau pakaian sesuai dengan keadaan dihaturi saji dahar kasturi. Anak cucunya atau yang patut menyembah menghaturkan sembah.
  4. Sebelum tulang dimasukkan kedalam kelapa gading, untuk selanjutnya dihanyutkan ke laut atau aliran air yang menuju ke laut. Tulang-tulang tersebut dihancurkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam kelapa gading yang telah dikasturi, dibungkus dengan kain putih dan dihiasi seperlunya. Semuanya dipuja oleh sang Sadhaka, dengan petunjuk-petunjuk beliau sampai pada puja pengiriman, diakhiri dengan mapegatan, bila tidak ada sang sadhaka/sulinggih dapat mohon tirtha sesuai dengan loka drsta.

Demikianlah Upacara Ngaben Mitra Yajna.


Sumber Buku Ngaben

Drs. I Nyoman Singgin Wikarman



Beryadnya dengan Sharing

Tak akan Mengurangi Pengetahuan

Baca Juga