Ketegangan sosial yang ditimbulkan oleh agama masih sering terjadi. Agama sebagai jalan hidup seolah maknanya telah bergeser dan menjadi salah satu biang dari setiap pertumpahan darah serta kekerasan yang terjadi sehingga dapat mengancam disintegrasi dan disharmoni dalam masyarakat.
Sebagai sebuah potensi konflik yang sangat potensial maka untuk dapat meredam konflik yang kemungkinan yang ditimbulkan, berbagai macam upaya pendekatan-pendekatan terus dilakukan agar masyarakat memahami secara utuh agama yang diyakini dengan demikian bentuk fanatisme dapat ditekan.
Agama dalam misinya sebagai perdamaian haruslah kembali pada posisinya sebagai pembawa perdamaian kepada setiap masyarakat penganutnya, menghadapi setiap perbedaan yang ada dalam masyarakat sehingga harmonisasi dan integrasi dapat terjaga.
Integrasi bangsa akan terjamin apabila adanya harmoni antar pemeluk agama, gejolak yang timbul dalam masyarakat yang ditimbulkan oleh agama dengan cepat dapat diredakan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai macam pendekatan-pendekatan kepada masyarakat :
Pendekatan Sosial Budaya
Sikap agama melahirkan sebuah bentuk kebudayaan yang bernafaskan agama yang memberikan roh terhadap kebudayaan tersebut sehingga ada kebudayaan yang bernafaskan Hindu, kebudayaan yang benafaskan Budha dan sebagainya. Bentuk-bentuk kebudayaan ini bisa dijadikan sebagai pola pendekatan dalam menyelesaikan konflik antar agama yang terjadi.
Untuk agama Islam lakukan pendekatan pola sosial budaya yang dianut oleh masyarakat Islam dalam menyelesaikan konflik yang tengah dialami oleh orang islam dan melakukan pendekatan sosial budaya orang Kristen guna memecahkan konflik yang dialami orang Kristen itu sendiri dan begitu seterusnya.
Pendekatan sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk meredam konflik yang tengah terjadi pada masyarakat tersebut karena secara psikologis hal ini sangat berkaitan.
Pendekatan Idiologi
Untuk negara seperti Indonesia yang sangat majemuk, Idiologi negara seperti Pancasila dapat menjadi pengayom dari keragaman tersebut, apalagi dengan slogan Bhineka Tunggal Ika yang intinya mengakui perbedaan namun tetap dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia yang berpayungkan asas idiologi Pancasila dengan kelima silanya praktis dapat dipakai sebagai sebuah pola pendekatan dalam meredam konflik yang disebabkan oleh agama.
Idiologi seperti Pancasila dapat mengayomi kemajemukan yang ada dalam bingkai negara kesatuan. Secara teoritisnya Pancasila tidak memberikan keberpihakan terhadap kaum mayoritas maupun minoritas.