- 1JENIS-JENIS FILSAFAT VEDĀNTA
- 2Diskriminasi
- 3Dispassion
- 4Kontrol Pikiran dan Rasa
- 4..13.1. Kontrol Pikiran
- 4..23.3. Ketaatan Dharma
- 4..13.4. Daya Tahan
- 4..23.5. Iman
- 4..33.6. Konsentrasi
- 5Keinginan Untuk Pembebasan
- 6Nyata dan Tidak Nyata
- 7Jenis Tubuh
- 7..1 Tubuh Kotor
- 7..2Tubuh Halus
- 7..1Tubuh Kausal
- 8Kondisi Keberadaan
- 9Lima Selubung
- 9..1Annamaya Kosha
- 9..1Vijñānamaya Kośa
- 9..2Ānandamaya Kośa
- 10Ego
- 11Keberadaan
- 12Kesadaran
- 13Malcolm
- 14Mengenal Diri
- 15Pengantar Proses Penciptaan
- 16Māyā
- 17Evolusi
- 17.1Organ Psikis Dalam
- 17.1Anthaḥkaraṇa - Pikiran, Intelek, Ego Dan Kesadaran
- 17.1Organ Aksi
- 18Panchikarana
- 19Īśvara dan Jīva
- 20Aku Itu
- 21Jivanmukta
- 22Karma
- 23Pembebasan Akhir
Aku Itu
Menjelang akhir, Tattvabodha membahas tentang mewujudkan Diri. Lebih lanjut menjelaskan perbedaan antara Īśvara dan jīva. Seseorang dengan ego dan pengetahuan terbatas adalah jīva dan yang tanpa ego dan maha tahu adalah Īśvara.
Jīva dibatasi oleh ego dan pengetahuan yang persis berlawanan dengan Īśvara, yang tidak terbatas (tidak dibatasi oleh ego) dan mahatahu (tidak dibatasi oleh pengetahuan).
Ketika jīva menyadari kesatuannya dengan Īśvara, jīva dapat dengan tegas mengatakan ‘Aku Itu’ dan ini adalah realisasi Diri, atau ‘aham Brahmāsmi’ disebut mahāvākya. Mahāvākya berarti ucapan-ucapan hebat dan ditemukan dalam Upaniṣad, sebagaimana menyatakan Brahman dengan negasi, penegasan dan dengan menggambar perbandingan yang tampak.
Bagaimana jīva dapat menegaskan bahwa dia adalah Īśvara? Terlepas dari māyā, dua faktor penting yang mencegah realisasi Diri adalah ego dan pengetahuan. Baik ego dan pengetahuan adalah faktor pembatas dalam jīva. Karena Īśvara tidak memiliki faktor pembatas, ia menjadi mahakuasa, mahahadir dan mahatahu. Dari sini, orang dapat mengerti perbedaan bahwa Īśvara dengan jīva.
Karena faktor pembatas jīva, ia mengembangkan rasa takut, kegelisahan, keinginan, keterikatan, dan semua kompleksitas yang terkait. Karena jīva dibatasi oleh ego dan pengetahuan, kesadarannya juga terbatas dan dikenal sebagai kesadaran individu. Ini tidak ada dalam Īśvara karena ia tidak dibatasi oleh apa pun dan karenanya, semua atribut dan kualitasnya diawali oleh omni.
Karena tidak ada faktor pembatas dalam Īśvara, kesadarannya dikenal sebagai kesadaran universal dalam bentuknya yang paling murni. Ketika mereka saling berseberangan, bagaimana jīva dapat menyadari bahwa itu tidak berbeda dengan Īśvara?
Ketika mahāvākya menggunakan kata ‘kamu’ itu merujuk pada seseorang yang mengidentifikasi dirinya dengan tubuh kasar dan halus. Kata ‘Itu’ dalam mahāvākya merujuk pada Īśvara, di mana tidak ada faktor pembatas. Segala sesuatu yang terkait dengan Īśvara tidak terbatas.
Jīva dapat menyadari bahwa itu tidak lebih rendah dari Īśvara, asalkan persepsi jīva mengalami perubahan radikal dari terbatas menjadi tak terbatas. Jīva memiliki dua opsi sebelum itu. Seseorang harus tetap sebagai jīva, sepenuhnya dibatasi oleh segalanya. Karena adanya semua faktor pembatas di dalamnya dan tidak ada faktor pembatas dalam Īśvara, jīva secara misterius menganggap Īśvara sebagai yang duduk di atas alas. Dengan kata lain, jīva menganggap Īśvara sebagai yang lebih unggul darinya, meskipun dalam kenyataannya, jīva tidak berbeda dengan Īśvara.
Ketidaktahuan dalam jīva ini disebabkan oleh māyā. Kecuali seseorang memahami māyā, sulit untuk melampaui māyā, dan bila seseorang yang mampu melampaui māyā, ia dapat menyadari Diri, juga dikenal sebagai Brahman, yang dikenal sebagai sat-cit-ānanda.
Kesadaran seseorang harus melintasi di luar tiga tubuh, tattva, indriya (organ aksi dan persepsi), anthaḥkaraṇa dan segala sesuatu yang lain untuk mengidentifikasi dengan semua Īśvara yang melingkupi. Realisasi Brahman terjadi hanya jika semua pikiran dalam pikiran benar-benar diberantas yang mengarah ke keadaan samādhi, di mana Brahman itu sendiri menyebar. Seseorang yang maju secara spiritual mampu membangun hubungannya dengan Brahman hanya dalam keadaan samādhi dan dengan praktik yang baik, ia menjadi jīvanmukta.